Pilpres 2019
Tak Sebut Nama Capres Prabowo Subianto, Isi Pidato Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) Tuai Kontroversi
Namun, AHY tak sekalipun menyebut nama Prabowo Subianto dalam pidato politik tersebut. Padahal Partai Demokrat merupakan partai pengusung pasangan cal
Penulis: andika arnoldy | Editor: andika arnoldy
"Kita sering mendengar jargon, lawan berdebat adalah kawan dalam berpikir. Oposisi dalam berpolitik adalah koalisi dalam membangun bangsa," kata Agus.
Agus mengatakan, masyarakat tidak boleh ada yang merasa takut untuk berbicara, termasuk dalam menyampaikan kritik dan gagasannya.
Kendati demikian, ia menekankan kebebasan berekspresi harus tetap berada dalam koridor hukum, etika dan norma berdemokrasi.
"Yang terpenting, kebebasan berekspresi harus tetap berada di dalam koridor hukum, serta etika dan norma berdemokrasi. Bukan fitnah, hoax, ujaran kebencian, atau pembunuhan karakter," ucapnya.
5. Perbanyak inkubasi Start-Up
Selain soal penegakan hukum, Agus juga menyoroti maraknya bisnis start-up saat ini.
Ia merekomendasikan kepada presiden terpilih mendatang untuk memperbanyak pusat-pusat inkubasi.
Hal itu bertujuan membantu menyiapkan usaha-usaha rintisan (start up) yang unggul dan berdaya saing tinggi di pasar global.
"Semakin berkembangnya usaha-usaha rintisan ini, akan membuka lapangan pekerjaan yang semakin luas," ujar Agus.
Agus mengapresiasi upaya pemerintah yang telah menyusun strategi ekonomi digital secara nasional.
Kendati demikian, Agus menekankan, Indonesia tidak boleh hanya menjadi medan pertarungan para pelaku pasar global. Namun, harus menjadi pelaku utama yang mampu mengoptimalkan potensi pasar nasional.
"Negara harus hadir untuk mendorong masyarakat, khususnya anak-anak muda, untuk mampu bersaing, baik sebagai penyedia dan pengelola platform e-commerce, maupun secara kreatif menciptakan produk-produk unggulannya," kata Agus.
6. Fenomena Nurhadi-Aldo dan potensi golput
Pada bagian akhir pidatonya, Agus sempat menyinggung soal kemunculan capres alternatif Nurhadi-Aldo yang belakangan ramai diperbincangkan di media sosial.
Menurut Agus, kemunculan Nurhadi-Aldo dan tingginya potensi golput merupakan indikasi masyarakat jenuh terhadap politik saat ini.
"Munculnya satir capres alternatif Nurhadi-Aldo di media sosial, dan cukup besarnya potensi golput adalah indikasi kejenuhan masyarakat terhadap kehidupan politik dan demokrasi saat ini," ujar Agus.
Baca: Tips Ciptakan Foto Bokeh Dari HP, Manfaatkan Kamera Ponsel Untuk Hasilkan Foto Cantik
Baca: Pengakuan Ferdinan Hutahaean Banyak Kader Demokrat Main Dua Kaki, Pasca Pidato AHY Tuai Kontroversi
Baca: Luna Maya Dapat Restu Menikah dari Ibu Faisal Nasimuddin, Ini Alasan Berangkat ke Tanah Suci?
Agus menilai, saat ini kehidupan politik dan demokrasi mengalami kemunduran.
Lantas, ia membandingkan saat Partai Demokrat menjadi partai penguasa.
Ia mengatakan saat itu stabilitas politik terjaga baik.
Kalaupun ada riak dan dinamika, kata Agus, hal itu merupakan bagian dari demokrasi dan kebebasan itu sendiri.
"Pada saat Partai Demokrat berada di pemerintahan, atau ketika menjadi “the ruling party”, sesungguhnya kami bersyukur karena demokrasi, termasuk pemilu kita, makin matang dan makin berkualitas," kata Agus.
Saat Partai Demokrat berkuasa, klaim Agus, tidak muncul ketegangan yang berlebihan antar kelompok pendukung, golongan, apalagi antar identitas (SARA) dalam pemilu.