KISAH PILU Bung Hatta, Uang Pensiun Tak Cukup Bayar PAM dan PBB: Bang Ali Lobi DPRD

TRIBUNJAMBI.COM -- Tepat pada 1 Desember 1956 atau 62 tahun lalu, Bung Hatta menunjukkan kebesaran

Editor: ridwan
Bung Hatta bersama tiga putrinya. (intisari) 

TRIBUNJAMBI.COM -- Tepat pada 1 Desember 1956 atau 62 tahun lalu, Bung Hatta menunjukkan kebesaran hatinya dengan mengundurkan diri sebagai wakil presiden Indonesia dan memilih jadi rakyat biasa.

Kisah-kisah seputar Bung Hatta biasanya berkutat mengenai ketegasannya pada prinsip, atau, yang paling terkenal dan banyak dikagumi, adalah mengenai kesederhanaannya.

Kesederhanaan yang tidak hanya muncul saat dirinya menjabat sebagai wakil presiden, namun juga setelah dirinya pensiun. Berikut ini tiga kisahnya.

Baca: VIDEO: Laga Final Piala AFF U-22 Vietnam VS Kamboja Perebutan Juara 3

Baca: Pembangunan Tol Sekayu-Jambi, Ini Desa yang Akan Terkena Jalur Pembangunan

Baca: Kukuhkan 48 Relawan Teknologi Informasi Komunikasi, Fachrori Umar Harap RTIK Ikut Edukasi Masyarakat

Saat ini seorang pejabat naik haji dengan fasilitas negara adalah hal yang jamak. Andai Hatta masih hidup, jangan pernah sekali-kali menanyakan perkara itu kepadanya.

Sudah pasti akan ditolaknya mentah-mentah fasilitas tersebut. Pada 1952, Hatta hendak melakukan ibadah haji bersama istri dan dua saudarinya.

Waktu itu Bung Karno menawarkan agar menggunakan pesawat terbang yang biayanya ditanggung negara.

Tapi Hatta menolak karena ia ingin pergi haji sebagai rakyat biasa, bukan sebagai wakil presiden.

Baca: Pendaftaran Pengawas TPS Diperpanjang, Kecamatan Alam Barajo Butuh 30 Orang

Baca: Masih Kekurangan Pengawas TPS, Panwascam Alam Barajo Perpanjang Waktu Perdaftaran

Baca: DPRD Kota Jambi Tinjau Rumah Warga RT 1 Kenali Besar Korban Longsor, Minta Dinas Perkim Bertindak

Akhirnya Hatta bisa menunaikan rukun Islam kelima tersebut. Dari mana uangnya?

Bukan dari negara melainkan dari hasil honorarium penerbitan beberapa bukunya. Menginspirasi Jenderal Hoegeng

Jenderal Hoegeng Imam Santoso adalah jenderal polisi yang melegenda karena kejujuran dan kesederhanaannya.

Toh, Kapolri untuk periode 1968-1971 ini tetap saja terkagum-kagum terhadap kesederhanaan Hatta. Kebersahajaan Hatta membuat Hoegeng malu untuk berbuat hina seperti korupsi.

Baca: Caleg Kucing-kucingan dengan Panwascam, Habis Dibongkar Langsung Dipasang Lagi

Baca: Tuntutan Pemberhentian Rio Dikabulkan, 800 Orang Batalkan Rencana Unjukrasa ke Pemkab Bungo

Baca: VIDEO: Viral Video Lengkap Emak-emak, Kalau Jokowi Menang Azan Masjid akan Dilarang

Dia sampai mengelus dada saat tahu betapa miskinnya Hatta ketika mundur sebagai Wapres RI pada 1956.

"Saat itu dia diberitakan hanya punya uang tabungan Rp 200. Uang pensiunnya pun tak cukup untuk membayar biaya listrik," ungkap Hoegeng dalam buku memoarnya.

Sebagai perbandingan, kala itu gaji prajurit terendah TNI ada di kisaran Rp125-150 per bulan.
Jadi, bisa dibayangkan kondisi Hatta kala itu. Tak Mampu Bayar PAM dan PBB

Gubernur DKI Jakarta 1966-1977, Ali Sadikin, terenyak. Dia kaget saat mendengar bahwa Hatta tak mampu membayar iuran air PAM dan PBB saking kecilnya uang pensiun.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved