Akui Menyerang, Erick Thohir dan Jokowi Blak-Blakan Soal Model Kampanye
Menurut Jokowi berkampanye memang diperlukan serangan atau offensive ke kubu lawan agar suara tetap terjaga di masyarakat.
TRIBUNJAMBI.COM- Model Kampanye calon presiden nomor urut satu Jokowi kali ini dianggap berbeda pada pemilu presiden 2014 lalu.
Pemilu presiden kali ini Jokowi dianggap offensive (melawan) dari pada defensif (bertahan).
Hal ini diakui calon presiden Jokowi, yang dikutip Tribunnews.com mengatakan harus offensive dan tak boleh diam saja.
Menurut Jokowi berkampanye memang diperlukan serangan atau offensive ke kubu lawan agar suara tetap terjaga di masyarakat.
"Kampanye kan perlu offensive," ujar Jokowi seusai menghadiri peringatan ke-72 tahun HMI di kediaman Majelis Pembina Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Akbar Tandjung di Jakarta, Selasa (5/2/2019) malam.
Jokowi menjelaskan, selama empat tahun menjadi Presiden, dirinya sering tidak merespon serangan dari oposisi. Sehingga, Ia menilai inilah waktu yang tepat untuk menjawab tudingan-tudingan kubu lawan.

"Masa kita empat tahun suruh diam saja, ya tidaklah. Jadi empat tahun diem, masa suruh meneruskan," kata Jokowi.
Saat bertemu dengan relawan di Jawa Timur dan Jawa Tengah, Jokowi mulai melakukan serangan kepada pasangan Prabowo-Sandi.
Capres nomor urut satu tersebut, menduga tim sukses nomor urut dua menggunakan konsultan asing dengan memainkan strategi propaganda Rusia yang menyemburkan kebohongan kepada masyarakat
Baca: Barcelona Vs Real Madrid El Clasico, jadwal Semifinal Serta Live Streaming Copa Del Rey 2018/2019
Baca: Ternyata Ada Potensi Cetak Sawah Baru di Kerinci, Tapi Kok di Dalam Kawasan TNKS?
Baca: Mengapa Lokasi Ahmad Dhani Dipindah ke Rutan Medaeng Surabaya? Benarkan Ini Penyebabnya
Ketua TKN Jokowi-KH Ma'ruf Amin, Erick Thohir pun berbicara dan meluruskan semua permasalahan itu sehingga bisa dipahami yang sebenarnya terjadi.
Erick berangkat dari pernyataan pihak Prabowo-Sandi yang berusaha menggoreng seakan-akan Jokowi panik karena selisih elektabilitas kedua pasangan itu makin mengecil.
Fakta yang ada, berdasarkan hasil riset lembaga survei resmi dan diakui KPU, selisih suara kedua pasangan minimal 20 persen.
Hanya ada dua lembaga survei yang menyatakan selisihnya sudah berkurang. Yakni lembaga Media Survei Nasional (Median) dan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis).
Baca: Semakin Panas, Jerinx dan Anji Saling Balas Cuitan di Media Sosial, Anji Manji: Terima Kasih
Baca: Setelah Jerinx SID, RUU Permusikan Diprotes Iwan Fals dan Armand Maulana, Sebut Hal Ini
Baca: Petugas Lapas Kaget saat Temukan Bola Terbelah, Penyelundupan Sabu-sabu ke Lapas Klas IIA Jambi

"Kita harus lihat track record. Kita harus berkaca pada lembaga survei yang asosiasinya masuk ke KPU. Jadi lembaga survei yang diakui KPU itu memberi data kedua paslon itu bedanya masih 20 persen," kata Erick, pengusaha muda pendiri Grup Usaha Mahaka itu.