Ribuan Pohon Duku di Muarojambi Mati Meranggas, Penyebabnya Ternyata Berawal dari Batanghari

Jenis penyakit yang menyebabkan ribuan pohon duku di Muarojambi mati itu dikenal dengan Mati Meranggas Duku.

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Teguh Suprayitno
Sriwijaya Post
17122017_pohon duku mati 

Laporan Wartawan Tribun Jambi Samsul Bahri

TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI- Jenis penyakit yang menyerang ribuan pohon duku di beberapa wilayah Kabupaten Muarojambi sudah diketahui.

Wirda Ali, koordinator teknis holtikultura Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dan Holtikultura (BPTPH) Provinsi Jambi mengatakan, jenis penyakit yang menyebabkan ribuan pohon duku di Muarojambi mati itu dikenal dengan Mati Meranggas Duku (MMD).

Kata Wirda kematian ratusan pohon duku di Muarojambi itu disebabkan jamur phytophthora palmivora. Namun demikian, jamur itu pertama kali menyerang pohon duku di wilayah Batanghari.

"Awalnya itu terjadi di Kabupaten Batanghari pada tahun 2004, kita sudah lakukan penelitian antara BPTPH Karantina pertanian dengan BPTP pengkajian, dan dari hasil itu kita temukan Jamur phytophthora palmivora yang menyerang dan membuat pohon duku mati," katanya, Kamis (24/1).

Ia juga menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melakukan mencegah penyebaran hama tersebut.

"Penyebarannya itu melalui udara, air dan tanah. Jadi ada beberapa langkah yang bisa di lakukan yaitu dengan pemberian bubur bordo dan juga pemupukan," sebutnya.

Ia mengatakan bahwa untuk bubur ordo, ada beberapa bahan yang diperlukan di antaranya Posifa, Kapur Kembang dan Terusi. Sedangkan untuk pemupukan, bisa dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang berupa kotoran hewan.

"Untuk bahan pembuatan bubur bordo, dibutuhkan Kosipa, Kapur Kembang, Terusi. Untuk sekarang itu ada beberapa yang kita berikan itu bisa didapatkan di Pos Informasi Pelayanan Agen Hayati, Sengeti," terangnya.

Lebih lanjut Wirda menjelaskan, untuk pembuatan bubur bordo dilakukan dengan cara mencampurkan antara Kosipa, kapur kembang dan terusi. Ketiga bahan tersebut dicampur dengan 10 liter air, kemudian dioleskan pada pohon duku yang sebelumnya telah dibersihkan.

"Jadi untuk teknologi ini mengarah pada pencegahan. Paling cepat itu dilakukan tiga bulan sekali, untuk pencegahan paling cepat itu satu dalam enam bulan," katanya.

Baca: VIDEO: Live Streaming Perempat Final Piala Asia 2019 Vietnam vs Jepang, Pukul 20.00 ini, Malam ini

Baca: Bisa Sebabkan Kematian Mendadak, Inilah Jam-Jam Berbahaya untuk Mandi

Baca: Wakil Bupati Tanjung Jabung Barat Amir Sakib Sebut Proses Pembangunan Harus Didukung Penerapan K3

Baca: Kejari Deklarasikan Zona Integritas Tanjab Timur Bebas Korupsi

Baca: Jelang Pemilu 2019, Kominfo Ingatkan Generasi Millenial Bahaya Berita Hoax

Wirda menambahkan, jika gejala yang ditimbulkan akibat serangan jamur itu dapat dilihat pada dua sisi yaitu daun dan pohon duku. Untuk daun, itu akan terlihat daun berwarna kuning, kemudian menjadi merah kecoklatan dan kering. Sedangkan untuk pohon, kayunya akan berwarna cokelat kehitaman.

"Jika sudah terserang, jangan dibiarkan. Kronologis itu secara perlahan, jadi jika melihat ada bagian pohon yang sudah seperti mati itu segera dipotong kemudian harus dibakar. Jangan dibuang saja, karena kemungkinan nantinya jamur masih ada," sebutnya.

Sementara itu, untuk pencegahan dengan pemupukan di sekitar bawah pohon duku, itu untuk memberikan nutrisi pada pohon duku.

"Di bagian bawah pohon itu harus dibersihkan terus, jangan sampai kotor. Karena jamur ini suka berkembang di tempat-tempat yang lebab. Itu cepat tumbuh kembangnya, kemudian diberi pupuk kandang," pungkasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved