Kisah Nyata! Saat Banyak Orang Bertato di Indonesia Takut Mati dan Beramai-ramai Menghapusnya

Kisah Nyata! Saat Banyak Orang Bertato di Indonesia Takut Mati dan Beramai-ramai Menghapusnya

Editor: Andreas Eko Prasetyo
You Tube
Kisah para gali yang berakhir di ujung peluru tajam akibat kejahatan yang mereka lakukan, tubuh gali seringnya dihiasi dengan tato seperti Yakuza atau Triad. 

Kisah Nyata! Saat Banyak Orang Bertato di Indonesia Takut Mati dan Beramai-ramai Menghapusnya

TRIBUNJAMBI.COM - Pernah terjadi dan nyata adanya, saat para pria bertato di Indonesia menjadi beramai-ramai ingin menghapus tato yang dimilikinya.

Kala itu dilakukan operasi petrus alias penembak misterius, banyak kalangan yang berbondong-bondong menghapus tato atau rajah yang menandai tubuh mereka.

Rajah alias tato yang menandai tubuh sejumlah warga ingin buru-buru dihapus dengan berbagai cara.

Ada cara menghapus dengan tindakan kedokteran, tapi ada juga yang menggunakan cara apa pun karena keterbatasan biasa untuk menghapus tato.

Baca Juga:

VIDEO: Pria Bertato di Reuni Akbar 212 Ini Curi Perhatian Warganet

Cristiano Ronaldo Tak Mau Punya Tato, Alasannya Sangat Mengejutkan

Kisah Janda Cantik Ini Menguliti Jasad Suaminya Agar dapat Memajang Tatonya di Dinding,

Yang terparah, upaya menghilangkan tato dengan menggunakan setrika panas, yang kala itu terjadi, setrika dengan hiasan ayam jago, yang menggunakan arang.

Fenomena ini memang menjadi kegiatan yang marak, banyak anggota tubuh sejumlah warga menjadi cacat karena tindakan yang dianggap kurang tepat tersebut.

Menggunakan tato memang banyak dilakukan kalangan bandit karena mereka meniru legenda Yakuza di Jepang atau Triad di China yang merajah tubuh mereka pakai tato.

Ilustrasi Tato
Ilustrasi Tato 

Masalahnya, tidak semua orang yang bertato adalah penjahat atau gali, mereka menggunakan tato untuk menghiasi tubuh mereka.

Sebagian gali memang berupaya keras menghapus tanda di tubuh mereka tersebut agar mereka tidak dijadikan sebagai sasaran untuk diringkus oleh para petrus.

Soalnya, kalau sampai ditangkap, mereka akan hilang.

Ada banyak bandit yang tidak bertato, tapi biasanya para korban petrus, tubuh mereka bertato.

Mungkin, fenomena yang pernah melegenda di era Orde Baru itu sudah terlupakan seiring tumbuhnya sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) dan sejumlah lembaga internasional seperti Amnesty Internasional.

Baca Juga:

Hadir di Jambi, Jokowi Bakal Jalan-jalan ke Car Free Day Tugu Keris Bersama Warga

Islamic Center di Tebo Dilanjutkan, Ini Lokasi Terbarunya

Pesimis Serapan Anggaran Tercapai, Sekda Merangin: Jangan Dipaksa, Biarkan Jadi Silpa

Namun, kekejaman para bandit yang juga meningkat dengan jumlah kejahatan yang juga tinggi menjelaskan bagaimana tindakan petrus bisa menekan angka kejahatan yang sangat tinggi.

Kualitas kejahatan juga meningkat seiring hilangnya upaya penindakan tegas yang dilaksanakan tersebut.

Halaman
1234
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved