HUT TNI ke 73

Kisah Kopassus Serang Markas Saudara Sendiri (TNI AU) Karena Ancaman Pengeboman Markas Kostrad

Gesekan antara TNI AD dan TNI AU mulai memanas sejak akhir tahun 1950-an dan puncaknya saat meletus Gerakan September Tiga Pulu (Gestapu)

Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
TRIBUNNEWS
Prajurit Kopassus 

TRIBUNJAMBI.COM - Perselisihan antara dua matra yang TNI pernah terjadi di zaman dahulu, saat Indonesia dipimpin oleh Soekarno sebagai Presiden RI.

Gesekan antara TNI AD dan TNI AU mulai memanas sejak akhir tahun 1950-an dan puncaknya saat meletus Gerakan September Tiga Pulu (Gestapu) 1965.

Hal itu berujung tewasnya enam jenderal Angkatan Darat yang diculik oleh pasukan dipimpin Letkol Untung dan dihabisi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah.

Malam tanggal 1 Oktober 1965, satu hari setelah penculikan dan pembunuhan para jenderal tersebut di Halim Perdanakusuma, beredar informasi Angkatan Udara kemungkinan akan mengebom markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) yang dipimpin Mayjen Soeharto.

Menurut Brigjen Supardjo, jenderal Angkatan Darat yang terlibat gerakan Gestapu ini, dialah yang memiliki gagasan untuk mengebom markas Kostrad.

Gagasan tersebut sudah dibicarakannya dengan Panglima Angkatan Udara, Marsekal Omar Dani di Pangkalan Halim Perdanakusuma.

Baca: Pesaing Terbanyak Pelamar CPNS 2018 dari 3 Universitas Ini, Pendaftaran Masih 9 Hari

Baca: BPS: September 2018 Deflasi 0,18 Persen, Hanya 16 Kota Alami Inflasi

Baca: Ajudan Ahok Sedih, Ini yang Bikin Bosnya Tak Mau Keluar Penjara Agustus 2018

Di kemudian hari, seperti diceritakan dalam buku Salim Haji Said 'Gestapu 65 PKI, Aidit, Sukarno dan Soeharto, Marsekal Muda TNI Suyitno Sukirno, Panglima Komando Pertahanan Udara waktu itu, mengungkapkan adanya perintah kepadanya malam tanggal 1 Oktober 1965 tersebut agar menyiapkan dua pesawat pengebom jenis MiG 17 untuk "menggempur mereka yang anti-Nasakom".

"Ada kemungkinan perintah itu berasal dari Leo Wattimena, malam itu selama enam jam terbang berkeliling-keliling dengan pesawat Hercules bersama Marsekal Omar Dani, sebelum akhirnya mendarat di Madiun pagi harinya," tulis Salim Haji Said.

Salim juga menceritakan, Pangkalan Udara (Lanud) Abdurrahman Saleh di Malang juga mendapat perintah mengirim pesawat pengebom ke Jakarta.

Untungnya, di tengah jalan, sebagian pesawat dari Malang itu dialihkan ke Lanud Husein Sastranegara, Bandung, mendarat di sana.

Upaya tersebut dilakukan oleh Danlanud Husein Sastranegara, Kolonel Udara Ashadi Cahyadi.

Baca: DPR akan Panggil BMKG Gara-gara Cabut Peringatan Dini Tsunami Gempa Palu dan Donggala

Baca: Video Tanah Bergerak Pasca Gempa Donggala Viral di Sosmed, Berikut Penjelasan Ahli

Baca: Wako AJB Tandatangani MoU Pengembangan Pariwisata dan Agrobisnis

Pesawat pengebom yang sempat mendarat di Lanud Halim, jadi sasaran pengempesan ban oleh prajurit Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), kini Kopassus, memasuki Lanud keesokan paginya.

Mendapat laporan Lanud Halim Perdanakusuma akan diserang Kostrad dan RPKAD, dari pesawat Hercules, Leo Wattimena kirim pesan keras ke Pangkostrad, Mayjen Soeharto.

Kopassus
Kopassus 

Isi pesan keras dari komodor udara pemberani tersebut adalah jangan duduki Halim. "Akan kami hadapi," ancam Leo, kalau Lanud Halim Perdanakusuma diganggu, tulis Salim Haji Said, mantan wartawan Tempo tersebut.

Ancaman tersebut disesali Marsekal Omar Dani di kemudian hari sebagaimana dikemukakan Mantan Panglima Angkatan Udara (Pangau) tersebut di dalam pembelaannya di depan Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub).

Baca: Aris Jelaskan Penyebab Macetnya Air PAM di Mendalo, Ini Penyebabnya

Baca: Video Tanah Bergerak Pasca Gempa Donggala Viral di Sosmed, Berikut Penjelasan Ahli

Baca: Wako AJB Tandatangani MoU Pengembangan Pariwisata dan Agrobisnis

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved