Peluru Menembus Kepalanya! Anggota Kopassus ini Tak Gentar Hingga Gugur Dipangkuan Sang Komandan
'Hidup dan Mati' dipersembahkan untuk negara. Nampaknya sembiyan itu cocok disematkan kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI).
TRIBUNJAMBI.COM - 'Hidup dan Mati' dipersembahkan untuk negara. Nampaknya sembiyan itu cocok disematkan kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kisah perjuangan prajurit TNI mengamankan negara tak perlu dipertanyakan, dengan segenap jiwa raga mereka berjuang mati-matian demi keutuah NKRI.
Mulai dari cerita kemenangan, hingga cerita haru gugurnya sang prajurit.
Baca: Tanpa Kompromi, Denjaka Serbu Perompak Somalia Hingga Tak Berdaya untuk Selamatkan Sandera WNI
Baca: Kisah Komandan Kopassus Jadi Tameng Hidup Saat Prajurit Tertembak dan Meyakini Masih Bisa Selamat
Seperti kita tahu, Indonesia lahir dengan darah dan air mata.
Mereka cuma ada satu tekad "Merdeka atau Mati" itulah semboyan nenek moyang Indonesia
Seperti kisah berikut yang dilansir TribunJambi.com dari indonesiamedia.com 27/07/2018
Masih ingat dengan konflik Ambon 1999?
Kejadian mengerikan itu menjadi catatan kelam tanah air. Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan.
Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah.
Sejumlah anggota TNI maupun Polri yang desertir dan bergabung dalam kerusuhan berdarah itu.
Mabes TNI kemudian mengirimkan batalyon elite yang terdiri dari Sat-81 Kopassus, Denjaka Marinir, dan Bravo Korpaskhas.
Baca: Ketika Pasukan Elite TNI Denjaka Lakukan Simulasi Ekstrim, Bikin Pejabat AS Elus Dada
Baca: Suguhan dari Denjaka Buat Navy Seal Terdiam, Loncat dari Gedung & Lihat Peluru Tajam Berseliweran

Mereka ditugaskan selalu bergerak untuk menghentikan baku tembak di titik-titik panas sekaligus mencegahnya meluas.
Kompi C YonGab bergerak ke Saparua.
Di sebuah desa, pasukan ini terlibat tembak menembak sengit dengan kelompok perusuh.
Cerita itu tertuang dalam buku Biografi Marsma (Pur) Nanok Soeratno, Kisah Sejati Prajurit Paskhas yang ditulis Beny Adrian dan diterbitkan PT Gramedia.