Kesehatan
Stres Bikin Frekuensi Makan Meningkat, Berikut Analisa Ilmiahnya
Sepertinya, tak zamannya lagi merespon stres dengan menutup diri hingga kehilangan selera makan berhari-hari. Stres justru
Penulis: Fifi Suryani | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM - Sepertinya, tak zamannya lagi merespon stres dengan menutup diri hingga kehilangan selera makan berhari-hari. Stres justru jadi alasan orang menambah frekuensi dan porsi makannya, kenapa ya?
Dilansir klikdokter.com, Pengasuh Rubrik Bobby Agung Prasetyo menyebut, banyak makan saat stres adalah hal yang kerap dialami banyak orang.
"Aktivitas yang padat, lembur hingga malam hari, bosan saat macet di jalan, dan berbagai macam hal lainnya bisa memunculkan emosi hingga menyebabkan stres."
Baca: Kondisi Cucu Kedua Jokowi Sehat, Kahiyang Ayu Rencana Pulang Hari Ini
Tak pelak, makanan pun menjadi pelarian atas rasa penat yang menumpuk di kepala. Alhasil, angka di timbangan jadi melonjak tak terkira. Hati-hati, semakin frustrasi, Anda bisa lebih banyak makan.
Dokter Nadia Octavia dari KlikDokter juga menyebutkan, salah satu efek dari stres adalah orang jadi ingin makan terus-menerus. "Meskipun sebenarnya ia tidak lapar atau bahkan sudah kenyang," imbuhnya.
Lalu, mengapa seseorang bisa menjadi banyak makan saat stres? Begini penjelasan ilmiahnya.
Saat stres, biasanya orang berusaha mencari kenyamanan dengan cara makan enak. Mengutip dari TIME, Allison Knott ahli diet dari Amerika Serikat menyatakan hormon kortisol akan meningkat akibat stres, yang kemudian dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan.
"Stres bisa memicu rasa lapar yang hebat karena ketika stres, hormon kortisol yang mempengaruhi nafsu makan terus diproduksi," ujarnya.
Baca: Kisah Bayi Plastik yang Dikubur karena Sang Ibu Khawatir Ditinggal Kekasihnya
Baca: Apakah Pemain Film Panas Wanita Benar-benar Orgasme Saat Syuting?
Sementara itu, Amanda Baten psikolog gizi mengklaim bahwa sebagian besar orang menggunakan makanan sebagai penghilang stres. Alih-alih berusaha mengalihkan stres, yang terjadi justru makin stres karena berat badan pastinya semakin naik.
"Makan dianggap sebagai pengalih perhatian, sama seperti saat orang-orang menggunakan alkohol, narkoba, dan seks untuk meredam stres yang tengah dialami," kata Baten.
Makan dapat memicu beberapa reaksi neurologis serupa yang dilakukan obat-obatan, meski pada tingkat yang lebih rendah. Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa meminum karbohidrat dan gula benar-benar dapat mengaktifkan pusat kesenangan di otak.
Gula, heroin, hingga kokain dibuktikan dapat memunculkan zat kimia dopamin yang mengaktifkan otak sebagai penumbuh rasa senang. Gula juga dapat melepaskan opioid endogen, yakni penghilang rasa sakit alami tubuh yang menciptakan efek menyenangkan.
Baca: Fakta dan Mitos Prostat - Jangan Dianggap Sepele, Bisa Ganggu Kehidupan Intim Anda
Baca: Diyakini Punya Kekuatan Gaib, Jus Tengkorak dalam Peti Mati Kuno Berusia 2.000 Tahun Jadi Rebutan
Baca: Benarkah Semangka dan Telur Dapat Meningkatkan Kualitas Sperma?
Meski demikian, layaknya narkoba dan alkohol, banyak makan saat stres adalah hal yang buruk, bahkan tidak dapat memperbaiki apa pun. Cara paling efektif untuk mengatasi stres adalah dengan meredamnya, bukan makan secara berlebihan.
Berikut, tips menghindari banyak makan karena stres
Di saat stres, tentunya Anda akan tergoda untuk mengonsumsi berbagai makanan. Jangan terkecoh dengan efek sementara dari banyak makan yang hanya akan mengalihkan pikiran Anda sejenak. Lebih baik Anda melakukan berbagai hal berikut ini: