Musim Kemarau
Jambi Sudah Memasuki Musim Kemarau, Ini Bedanya dengan Dua Musim Kemarau Terdahulu
Suhu yang mencapai 34'C di Kota Jambi merupakan hal yang biasa dan bukan termasuk kondisi yang ekstrem terutama pada musim
Penulis: Wahyu Herliyanto | Editor: Fifi Suryani
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Wahyu Herliyanto
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Suhu yang mencapai 34'C di Kota Jambi merupakan hal yang biasa dan bukan termasuk kondisi yang ekstrem terutama pada musim kemarau saat ini.
Kepala BMKG stasiun Meteorologi kelas 1 Sultan Thaha Jamb, Nurangesti, Selasa (8/5) menyampaikan kondisi cuaca yang cenderung cerah sepanjang hari menyebabkan sinar matahari yang masuk ke permukaan bumi tidak terhalang oleh tutupan awan.
Baca: BKSDA Jambi Amankan Kucing Hutan Peliharaan Warga dengan Dua Anak. Lihat Penampakannya
"Sehingga menyebabkan meningkatnya suhu udara di permukaan bumi yang biasanya akan mencapai titik maksimumnya pada pukul 14.00 WIB maupun pukul 15.00 WIB," katanya kepada Tribunjambi.com.
Dengan ini, pihaknya menyampaikan awal musim kemarau terjadi pada Mei dasarian 2 hingga Juni dasarian 1.
"Pada dasarian 2 Mei sampai dasarian 1 Juni, jadi bulan puasa secara umum sebagian wilayah di Jambi sudah masuk musim kemarau," kata Nurangesti.
Menurutnya, suatu wilayah dikatakan terjadi musim kemarau apabila dalam satu dasarian curah hujannya sudah kurang dari 50 mili dan itu terjadi 3 dasarian berturut-turut.
"Sekarang lagi proses memasuki musim kemarau," Kata Nurangesti.
Sifat musim kemarau di tahun 2018 ini secara umum normal. Artinya kemarau secara normal berarti masih ada hujan dan pada musim kemarau tidak berarti tidak ada hujan.
Baca: Rio, ASN, Polisi dan TNI Dilarang Ikut Kampanye. Ini Sanksi Jika Melanggar
Baca: Sebulan Pascakebakaran, Matahari Novita Kembali Hadir dengan Bazaar Sale di Lokasi yang Baru
Oleh sebab itu, seluruh pihak diminta mewaspadai munculnya hot spot dalam beberapa hari kedepan. Sehingga kondisi menjadi kering dan rentan terjadi kebakaran.
Dengan ini BMKG mempunyai alat namanya Fire Danger Rating System (FDRS), FDRS alat informasi yang salah satunya mendeteksi potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Informasi FDRS ini berdasarkan parameter cuaca antara lain Suhu (T), Kelembaban Udara (RH), Angin (W), Curah Hujan dan Tekanan Udara (P).
"Jadi FDRS sistem yang mengeluarkan gambar seperti daerah potensi kebakaran hutan dan lahan, gambar tersebut terpantau pada tanggal 8-9 potensi kebakaran tinggi tetapi memasuki tanggal (10/5/2018) hari kamis ada potensi hujan," kata Nurangesti
Sementara, Kurnianngsih, Kepala seksi data dan informasi BMKG Stasiun Meteorologi kelas 1 Sultan Thaha Jambi, menyampaikan musim kemarau untuk wilayah Provinsi Jambi berbeda disetiap wilayah, pertumbuhannya antara pertengahan Mei sampai awal Juni. Karena dasarian ke 2 bulan Mei berawal dari tanggal 11, itu sudah masuk dasarian ke 2 awal musim kemarau.
Baca: Fakultas Bahasa UMB Gelar Workshop TOEFL Perdana
Baca: Jalan Limbur Lubuk Mengkuang Rusak, Berharap Perhatian Plt Gubernur yang Orang Bungo
Baca: Aksi Pelajar Usai Pengumuman Kelulusan - Simbol Kepahlawanan Juga Ikut Dicoret
"Nanti kita puasa sudah masuk kemarau," kata Kurnianingsih kepada tribunjambi.com, beberapa waktu lalu
Menurutnya, prediksi kemarau tahun ini lebih kering dari tahun 2017 tetapi masih ada hujan.