Jun Adik Ipar Kompol Fahrizal Masih Bernafas saat Sang Ibu Menariknya ke Luar Rumah
Saat enam letusan senjata api terdengar dari rumah yang berkeramik cokelat terjadi, tetangga ketakutan dan tidak ada yang berani keluar rumah.
TRIBUNJAMBI.COM, MEDAN - Penembakan seorang pria hingga tewas yang dilakukan oleh seorang oknum polisi berpangkat Kompol menghebohkan dunia maya, bahkan ada cerita lain dari penembakan itu.
Jumingan alias Jun, korban penembakan yang diduga dilakukan kakak iparnya, Wakapolres Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) Kompol Fahrizal, ditemukan warga masih dalam kondisi bernapas di kediamannya Jalan Tirtosari, Gang Keluarga, Kelurahan Bantan, Medan Tembung, Rabu (4/4/2018) malam.
Saat enam letusan senjata api terdengar dari rumah yang berkeramik cokelat terjadi, tetangga ketakutan dan tidak ada yang berani keluar rumah.
Mereka hanya mengintip dari kaca jendela rumah.
Ternyata, suara tembakan itu diarahkan kepada Jun.

Baca: Kompol Fahrizal Diperiksa Propam Usai Tembak Mati Adik Iparnya
Di rumah itu, Jun tinggal bersama istrinya sekaligus adik kandung perempuan Kompol Fahrizal, Sutias alias Heni dan anaknya yang masih kecil serta ibu kandungnya, Sukartini.
Setelah terdengar suara letusan senjata api, Sukartini keluar bersama Kompol Fahrizal dari rumah.
Sukartini berusaha menjauhkan Kompol Fahrizal, mantan Kasat Reskrim Polrestabes Medan tersebut, dari rumah dan berjalan hingga ke depan Gang Keluarga.
Warga yang penasaran kem
Baca: Kompol Fahrizal Diperiksa Propam Usai Tembak Mati Adik Iparnya
udian mendekat lalu melihat ke dalam rumah.
Dari penuturan warga, Jun sudah berlumuran darah, namun masih bernapas dan badannya bergerak.
Kondisinya saat itu sekarat.
"Ketika Wak Kartini dan pelaku sudah menjauh dari rumah. Kami memberanikan diri melihat ke dalam rumah. Yang kami lihat Jun masih hidup," kata warga, Kamis (5/4/2018).
Baca: Memburu Hewan Langka, Aktor Bollywood Salman Khan Dipenjara 5 Tahun Kurungan
Tidak begitu lama warga melihat ke dalam rumah karena merasa khawatir.
"Setelah kami lihat masih bernapas, kami gak berani bantu. Kami tutup kembali rumahnya sembari menunggu polisi datang," katanya lagi. (ase/tribun-medan.com)