Ini yang Terjadi Kalau Kamu Kebanyakan Micin, Ahli Gizi Ungkap Fakta Sebenarnya

Informasi negatif tentang Monosodium Glutamat (MSG) atau yang akrab disebut micin banyak berkembang di kalangan masyarakat

Editor: bandot
Makan micin 

TRIBUNJAMBI.COM - Informasi negatif tentang Monosodium Glutamat (MSG) atau yang akrab disebut micin banyak berkembang di kalangan masyarakat belakangan ini.

Namun sayang, informasi tersebut tidak disertai data yang akurat.

Menurut ahli gizi Dr Johanes Chandrawinata, MND, SpGK masih banyak pemahaman masyarakat atas MSG tidak benar.

Misalnya, MSG dianggap berbahaya dan merusak kesehatan.

“Pada kenyataannya selama bertahun-tahun berbagai studi menyimpulkan bahwa MSG aman."

"MSG berdasarkan peraturan BPOM dan Kementerian Kesehatan dinyatakan aman dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 33 Tahun 2012," katanya, Kamis(25/1/2018).

Pada aturan itu pun, acceptable daily intake (ADI) atau batas asupan harian dalam mengonsumsi MSG dinyatakan not specified atau secukupnya.

“Artinya ini menunjukkan bukan barang berbahaya, serta konsumsinya secukupnya dan sesuai selera," ujarnya.

Kandungan glutamat pun terdapat di setiap makanan yang ada di keseharian kita seperti kerupuk, mi instan, keripik, nugget, hinga minuman ringan.

Justru, menurut Johanes yang harus dikhawatirkan adalah konsumsi garam, bukan MSG.

Seperti kita ketahui, kandungan natrium pada garam bisa mencapai 36%, sedangkan natrium di MSG hanya 12%.

"Konsumsi yang tinggi akan natrium bisa menyebabkan hipertensi,” katanya.

Di Jepang, MSG secara resmi disetujui sebagai bahan tambahan makanan pada tahun 1948.

Sepuluh tahun kemudian, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (US FDA) menyatakan bahwa MSG aman.

Selain itu, mulai tahun 1970, JECFA (Joint Expert Committee on Food Additives) yang dibentuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) merilis sejumlah pernyataan tentang keamanan MSG pada bayi, yang menghasilkan kesimpulan pada tahun 1987 bahwa penggunaan MSG tidak perlu dibatasi pada bayi usia berapa pun.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved