Berita Viral
Kisah Pemuda Ngarit Bisa 8 Karung Sehari, di Jambi Banyak Rumput Liar untuk Pakan
Riyang memiliki usaha jualan rumput secara online alias ngarit online. Usaha jualan rumput pakan ternak itu bernama " Bakul Suket Jogja ".
TRIBUNJAMBI.COM - Jangan malu jika berusaha dan jujur. Ini yang dilakukan oleh seorang pemuda di Yogyakarta yang ngarit online.
Namanya Riyang Gati (26), pemuda yang sukses jualan rumput secara online.
Riyang memiliki usaha jualan rumput secara online alias ngarit online.
Riyang Gati merupakan warga Moyudan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Usaha jualan rumput pakan ternak itu ia beri nama " Bakul Suket Jogja ".
Siapa sangka, kisah suksesnya berawal dari masalah gagal panen dan kini menjadi solusi bagi banyak peternak.
Dulu keluarga Riyang berulang kali gagal panen padi akibat serangan hama tikus.
Riyang yang sedang menganggur mencari alternatif.
Awalnya, sawah yang tak produktif itu hanya akan dijadikan ‘bank pakan’, dibiarkan ditumbuhi rumput untuk ternak kambing mereka sendiri.
Namun, karena rumput yang tumbuh melimpah, Riyang berpikir "Kalau tidak panen padi, panen rumput (suket) aja apa ya? di jual saja," ujar Riyang menirukan ide awalnya, Senin, (17/11/2025).
Ide untuk menjual rumput ini semakin kuat setelah ia terinspirasi oleh penjual rumput di Blitar yang sudah memulai usaha tersebut lebih dahulu.
Jauh dari Kesan Modern
Di lingkungan Riyang, banyak yang menjual rumput, tetapi mereka masih mengandalkan penjualan dari mulut ke mulut.
Riyang melihat peluang untuk mendigitalisasi dan memodernisasi usaha ini.
Ia memilih nama yang sederhana dan mudah diingat oleh peternak yang lebih tua ‘Bakul Suket Jogja’.
Untuk menjangkau anak muda dan menciptakan kesan modern, ia membuat akun media sosial dengan nama unik @suketin.id.
Riyang juga menciptakan tagline yang menarik perhatian, "Suket Ora Trending, Tapi Suket Itu Penting" (Rumput Tidak Trending, Tapi Rumput Itu Penting).
Tagline ini menyoroti pentingnya rumput, meskipun dianggap remeh.
Usaha yang baru dimulai pada akhir Oktober ini langsung viral, terutama di TikTok dan hingga kini video tersebut telah ditonton hingga 410 ribu tayangan.
Istilah 'ngarit online' yang disebutkan Riyang dalam video menarik banyak komentar lucu dan interaktif, termasuk dari pembeli non-peternak.
Hal ini menjadi peluang bagi Riyang untuk menaikan brand awareness produknya kepada khalayak luas.
Kebutuhan akan "Suket Online" ternyata sangat tinggi, terutama di kalangan peternak yang memiliki pekerjaan utama di luar rumah atau kantoran.
Pelanggan Riyang juga banyak yang merupakan karyawan kantoran atau pekerja yang sering lembur, sehingga mereka tidak punya waktu untuk mencari rumput (ngarit).
Pelanggan bisa memesan via WhatsApp dan mengambilnya setelah pulang kerja. Bisa juga diantar langsung ke lokasi kandang.
Jangkauan pelanggannya pun meluas, bahkan sudah sampai luar provinsi DIY
“Terjauh pengiriman ke Tangerang,” tutur Riyang, melansir dari TribunJogja.
Dari target awal dua sampai tiga karung penjualan perhari, kini Riyang bisa menjual antara lima hingga delapan karung rumput per hari.
Riyang meyakini bahwa bisnis rumput akan terus berkelanjutan karena peternak sangat banyak, dan kebutuhan pakan ternak adalah kebutuhan yang terus-menerus.
Usaha ini tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga memperluas relasi dan pengetahuan.
Riyang sering bertukar informasi dengan pelanggannya tentang cara merawat ternak.
Kepada anak muda, Riyang berpesan untuk mencoba mencari peluang yang sekiranya dianggap mustahil oleh orang lain dan tidak perlu gengsi dalam bekerja.
Kisah Sukses
Di tengah kesibukannya menempuh pendidikan di bangku kuliah, Anindita Ravi Pamungkas (20) membuktikan mahasiswa juga bisa sukses berwirausaha.
Mahasiswa semester lima Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) Cepu, ini menekuni usaha budidaya ikan nila dengan sistem Bioflok yang kini mulai berkembang pesat.
Bioflok adalah sistem budidaya ikan atau udang yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme (bakteri baik) untuk mengolah limbah organik di dalam kolam menjadi sumber pakan alami bagi ikan.
Dengan kata lain, Bioflok adalah teknologi pengelolaan kualitas air yang mengubah sisa pakan dan kotoran ikan menjadi massa mikroba (flok) yang bisa dimakan kembali oleh ikan, sehingga lebih hemat pakan, ramah lingkungan, dan efisien.
Pemuda asal Desa Palon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora tersebut mulai menekuni budidaya ikan sejak 2023.
Awalnya, Anindita membudidayakan ikan lele.
Namun setelah melihat banyaknya pembudidaya lele di daerahnya, ia memutuskan beralih ke ikan nila yang dinilai memiliki prospek lebih besar.
“Di Blora itu pembudidaya ikan lele sudah banyak, sementara pembudidaya ikan nila masih sedikit. Jadi saya melihat peluang di sana masih terbuka lebar,” ujar Anindita, Minggu (9/11/2025), dikutip dari Tribun Jateng.
Meski memiliki peluang besar, budidaya ikan nila ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Di awal usaha, Anindita sempat mengalami berbagai kegagalan.
“Pernah waktu awal tebar 1.500 ekor ikan nila, dalam waktu kurang dari lima menit semuanya mati. Pernah juga saat ikan sudah siap panen, listrik tiba-tiba padam dan genset lupa saya nyalakan, akhirnya aerator tidak berfungsi dan banyak ikan mati,” ungkapnya.
Kegagalan demi kegagalan tidak membuatnya menyerah.
Ia terus belajar secara otodidak, memanfaatkan berbagai sumber informasi dari media sosial, YouTube, hingga kecerdasan buatan (AI).
Dari proses itu, Anindita memahami kualitas air menjadi faktor utama keberhasilan budidaya ikan nila.
“Yang paling penting dalam budidaya ikan adalah kualitas air. Karena air yang tidak baik bisa menyebabkan kematian ikan secara tidak wajar dan menurunkan kualitas daging,” jelasnya.
Saat ini, Anindita telah memiliki 17 kolam Bioflok dengan ukuran bervariasi, mulai dari 3 kubik hingga 24 kubik.
Dalam satu siklus panen sekitar 3,5 bulan, ia mampu menghasilkan ikan nila sebanyak 2 hingga 4 kwintal per kolam.
Hasil panennya dipasarkan ke berbagai tempat, mulai dari kolam pemancingan, warga sekitar, hingga restoran kecil di wilayah Blora.
Untuk harga eceran, ikan nila dijual Rp 33 ribu per kilogram, sedangkan untuk pembelian partai besar Rp 30 ribu per kilogram.
Dari setiap panen, Anindita mampu meraup omzet antara Rp 3 juta hingga Rp 15 juta, tergantung hasil dan ukuran kolam.
Menurutnya, hasil tersebut cukup menguntungkan meski masih berskala kecil.
“Masih untung, karena kalau dihitung biaya listrik dan pakan, margin-nya tetap positif. Saya ingin ke depannya bisa pasok ke restoran besar dan tengkulak skala besar,” katanya.
Ketekunan Anindita menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk berani memulai usaha sejak dini.
Dengan semangat belajar dan inovasi, ia berhasil membuktikan anak muda desa pun dapat menjadi pelaku usaha yang sukses di sektor perikanan modern.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com
Baca juga: Pemerintah dan Kelompok Tani Kolaborasi, Percepat Pembangunan Irigasi Tersier di Kerinci
Baca juga: Pupus Harapan Suci Pedagang Cisarua: Tabungan Umrah Berujung Maut Tragis Ditangan Wali Murid
| Pupus Harapan Suci Pedagang Cisarua: Tabungan Umrah Berujung Maut Tragis Ditangan Wali Murid |
|
|---|
| Ditawari Uang Saku Agar Minggir, Geng Motor 'Knalpot Bising' di Jambi Tetap Nekat Beraksi |
|
|---|
| Hanya Butuh Beberapa Detik Maling di Bungo Jambi Gondol Motor Warga, Rekaman CCTV Viral |
|
|---|
| Kisah Irene dan Bayi Meninggal Setelah Ditolak 4 Rumah Sakit, Gubernur Papua Minta Maaf |
|
|---|
| Pria ini Dikeroyok karena Pengaman Tertinggal usai Pakai Jasa Wanita MiChat |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/KISAH-INSPIRATIF-Riyang-Gati-26-pemuda-yang-sukses-jualan-rumput-secara-online.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.