Polemik di Papua
DPRD Lanny Jaya Kecam Operasi Militer Picu Eksodus Warga: Papua Butuh Kedamaian, Bukan Air Mata
Operasi yang melibatkan dua helikopter dan pasukan darat ini memaksa sedikitnya 2.000 warga dari tiga kampung mengungsi secara massal.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Senada, Yigibalom meminta aparat keamanan agar lebih mengedepankan pendekatan kemanusiaan.
"Jangan hanya karena perintah negara lalu warga sipil dikorbankan... Komunikasi itu penting agar rakyat tidak terus menjadi korban," imbuhnya.
Anggota DPR Provinsi dan Kabupaten telah menyalurkan bantuan awal berupa beras dan makanan siap saji.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Sosial Petron Tabuni memastikan pemerintah daerah akan mendata dan menyalurkan bantuan lanjutan.
Ia berharap pemerintah pusat dapat memberikan perhatian penuh bagi masyarakat yang terdampak.
Baca juga: KKB Papua Tuding TNI Bom Permukiman dan Kuburan Leluhur di Kiwirok, Kapendam Bantah TPNPB-OPM
Baca juga: Gelombang Penolakan KKB Papua: Warga dan Mahasiswa Tak Sudi Hidup dalam Teror TPNPB-OPM
Yigibalom menutup dengan seruan mendalam, "Baik TNI maupun KKB Papua sudah banyak korban. Ini harus diakhiri. Papua butuh kedamaian, bukan darah dan air mata."
Ia juga mendesak pemerintah segera melakukan terapi pemulihan trauma bagi anak-anak agar mereka bisa kembali bersekolah dan menjalani kehidupan normal.
KKB Papua Tuding TNI Lakukan Serangan Udara
Eskalasi konflik di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, memasuki babak baru yang lebih serius.
Kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) melancarkan tuduhan berat.
Kelompok yang disebut KKB Papua itu menuding prajurit TNI telah melakukan kejahatan perang dalam operasi militer di wilayah tersebut.
Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom, mengklaim sejak 1 hingga 6 Oktober 2025, sejumlah pesawat tempur milik TNI terlihat berlalu-lalang di langit Kiwirok.
Pesawat itu melancarkan serangan udara, termasuk menjatuhkan peledak.
“Mereka incar permukiman warga dan kuburan leluhur orang Papua,” kata Sebby melalui pesan WhatsApp pada Selasa (7/10/2025).
Sebby Sambom juga menyertakan dokumentasi berupa foto dan video sebagai bukti lalu-lalang pesawat tempur.
Ia menyoroti ketidakseimbangan penggunaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam konflik ini.
Menurut Sebby Sambom, milisi TPNPB-OPM, khususnya di Kodap XV Ngalum Kupel, hanya bersenjatakan senapan laras panjang dan menggunakan taktik perang gerilya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.