Fenomena Ular Besar Muncul
KKI Warsi: Musim di Jambi Tak Menentu dan Kerusakan Lingkungan-Ekosistem
Direktur KKI Warsi, Adi Junedi, lembaga yang concern isu lingkungan dan masyarakat adat, mengingatkan dampak perubahan iklim
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Warga Jambi belakangan ini merasakan cuaca yang berbeda. Kadang panasnya sangat terik, lalu tiba-tiba hujan deras mengguyur. Fenomena ini, menurut para ahli, adalah tanda-tanda perubahan iklim.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan di Jambi akan terjadi pada November-Desember 2025.
Direktur KKI Warsi, Adi Junedi, lembaga yang concern isu lingkungan dan masyarakat adat, mengingatkan dampak perubahan iklim sangat serius.
"Pola cuaca yang kacau ini akan berpengaruh besar pada kehidupan manusia dan ekosistem di Jambi. Akan ada beberapa hal yang terganggu," ujarnya, Senin (20/10/2025).
Adi Junedi menjabarkan tiga dampak besar yang kini mengancam Jambi:
Pertama, ancaman banjir di mana-mana
Saat hujan ekstrem turun, air tidak lagi terserap dengan baik.
Penyebabnya, kata Adi, wilayah hulu (pegunungan) sudah banyak yang gundul.
"Kondisi ini diperparah oleh galian tambang emas ilegal (PETI) yang meninggalkan tumpukan material di pinggir sungai," jelas Adi.
Akibatnya, sungai menjadi dangkal karena penumpukan lumpur (sedimentasi).
Saat air melimpah, sungai tak mampu menampung dan terjadilah banjir besar.
Masalahnya tidak hanya di hulu. Di bagian hilir, lahan gambut yang seharusnya berfungsi seperti spons penyerap air, kini rusak parah akibat pembuatan kanal-kanal.
"Gambut jadi kehilangan kemampuan menyerap air, sehingga air hujan langsung meluber menggenangi banyak desa," tambahnya.
Untuk satwa, pasti juga terkena dampaknya.
Kedua, petani dan Orang Rimba terancam pangan
Perubahan iklim ini juga mengacaukan kalender alam. Musim tanam petani jadi tidak menentu.
"Dulu musim hujan bisa diprediksi, petani bisa menentukan kapan mulai menanam. Sekarang, seringkali banjir datang sebelum petani sempat panen," kata Adi.
Bukan hanya petani, masyarakat adat seperti Orang Rimba juga terdampak.
Hujan yang terlalu deras membuat bunga-bunga hutan rontok lebih cepat.
Akibatnya, ketersediaan madu dan buah-buahan di hutan, yang menjadi sumber pangan sekaligus pendapatan mereka, menurun drastis.
Ketiga, bencana silih berganti akibat hutan gundul.
Adi menyebut Jambi kini dalam kondisi rawan bencana.
Musim hujan ekstrem berarti risiko banjir dan longsor makin besar.
Sebaliknya, saat musim kemarau, kekeringan dan kebakaran hutan (karhutla) siap mengancam.
Ini semua terjadi karena rusaknya lingkungan, terutama hilangnya tutupan hutan.
"KKI Warsi mencatat, dalam 50 tahun terakhir, Jambi telah kehilangan hampir 73 persen hutannya. Inilah yang membuat ekosistem kita tidak seimbang lagi," tegasnya.
Apa yang Harus Dilakukan
Menghadapi kondisi ini, kata Adi, KKI Warsi mendorong beberapa langkah penting.
"Kita harus beradaptasi dan memitigasi. Caranya dengan menjaga dan memulihkan hutan," ujar Adi.
Pemulihan ini harus melibatkan masyarakat lokal melalui program seperti perhutanan sosial, tumpang sari (agroforestri), dan ekonomi hijau.
Kemudian penggunaan data dan peringatan dini.
Ini menjadi langkah penting untuk terus memantau kondisi hutan.
Data ini bisa membantu mendeteksi kerusakan lebih awal dan dihubungkan dengan sistem peringatan bencana.
Program pangan tak boleh merusak hutan.
Adi mengingatkan agar program ketahanan pangan tidak malah mengorbankan hutan.
"Kebijakan ketahanan pangan yang membabat hutan, justru bisa meningkatkan risiko bencana," katanya.
Terakhir, menurut Adi, edukasi sangat penting. Perubahan musim ini bukan hanya urusan cuaca, tapi soal kesehatan lingkungan kita.
"Ini perlu respons kolektif dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta," tuturnya. (Tribun Jambi/Asto)
Baca juga: Walhi: Ular di Jambi Mulai Masuki Permukiman, Penanda Kerusakan Ekosistem
Baca juga: Fenomena Kemunculan Ular Besar di Jambi Bikin Khawatir, Memasuki Musim Hujan
Baca juga: Fenomena Kemunculan Ular Besar di Jambi Bikin Khawatir, Memasuki Musim Hujan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/Adi-junaedi-warsi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.