Tragedi Berdarah di Pematang Gajah
Teguh Tolong Korban Tragedi Berdarah di Simpang CRC Jambi, Tapi Orang-orang Malah Videoin
Teguh Kancil menyaksikan langsung tragedi di Pematang Gajah itu. Pedagang soto itu bahkan sempat melerai perkelahian maut
Penulis: Rifani Halim | Editor: asto s
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Tragedi berdarah di Desa Pematang Gajah, Kecamatan Jaluko, Kabupaten Muaro Jambi. Perkelahian antara Hendri dengan mantan adik iparnya, Galang dan Firadus, berakhir tragis.
Di Simpang Perumahan Citra Raya City (CRC), nyawa Hendri melayang. Warga Sungai Putri, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, itu tewas setelah ditikam pelaku memakai senjata tajam jenis badik.
Sosok yang menyaksikan peristiwa itu adalah Teguh Kancil. Pedagang soto itu bahkan sempat melerai perkelahian maut itu bahkan badannya pun sampai berlumuran darah.
Dia menjadi satu di antara saksi mata dan ikut mengevakuasi korban.
Bagaimana peristiwa tragedi berdarah di Pematang Gajah itu terjadi? Berikut petikan wawancara Teguh Kancil bersama Jurnalis Tribun Jambi Rifani Halim, dalam program Saksi Kata.
Bagaimana kejadiannya waktu itu, Mas Teguh?
Teguh: Waktu itu kan saya lagi di warung lagi ngopi. Itu terdengar suara bunyi keras motor tabrakan gitu kan. Terus suara kayak ibu-ibu terdengar tolong-tolong gitu kan.
Aku larilah. Begitu lari, aku kira itu orang kecelakaan biasa. Ternyata, itu aku lihat di situ lagi orang berkelahi dan yang dua itu membawa kan membawa pisau.
Kejadian jam berapa?
Itu pokoknya habis isya itu Mas.
Posisi pedagang dan warga yang sedang lewat seperti apa?
Teguh: Jalan itu masih agak sepi lah.
Jadi dengan terjadinya perkelahian itu, banyak orang yang berhenti.
Tapi, tidak mau melerai, mungkin takut atau apa.
Terus aku tuh lari ke tempat kejadian itu, langsung di tengah-tengah kalangan bermain senjata itu kan.
Aku sempat melerai.
Saat itu Mas Teguh sedang berjualan atau memang masih bersantai?
Teguh: Aku lagi berjualan, sambil santai, sambil ngopi di dalam warung.
Nah, terdengar suara bunyi motor kayak tabrakan gitu.
Terus terdengar suara ibu-ibu minta tolong. Tolong-tolong, gitu.
Terus aku lari ke tempat kejadian itu.
Ini radius berapa meter ke lokasi?
Teguh: Sekitar sekitar 20 m-an lah, Mas. 20 m ya. Dekat kan gitu kan.
Ketika melihat itu, ada berapa orang di lokasi kejadian?
Teguh: Kalau lokasi di kejadian ya cuman bertiga itu, Mas. Yang sedang berkelahi gitu kan.
Tapi kalau yang di jalanan kan, saya enggak tahu. Saya enggak ngelihat-ngelihat, Mas.
Tahunya, saya lari ke tempat kejadian.
Berarti saat itu melihat ada dua orang laki-laki yang menyerang satu orang laki-laki?
Iya.
Ciri-ciri laki-laki yang di perkelahian itu bagaimana, bisa digambarkan?
Teguh: Iya. Kalau yang bertiga itu, Mas, terus terang saja yang jadi pihak korban itu dia besar, tinggi, badan sterk kan.
Dan dua itu yang menjadi lawannya. Cuma satu kecil, tapi yang satu lagi agak hitam tapi tinggi gitu.
Berarti belum setara, ya?
Teguh: korban ya Kalau seumpama satu lawan dua mas, itu kalau yang dua tidak membawa senjata, itu enggak bakalan mampu gitu intinya.
Berarti saat tiba di lokasi, berlari, Mas?
Aku, aku berlari. Berlari. Nyampai di tengah-tengah kalangan bertiga bergulat.
Kanan kiri jadi kan pisau semua gitu ya, Mas.
Berarti di dalam kepungan tiga orang ini.
Saya sudah, saya melerai. Tangan saya ya begini Heeh. Itu ceritanya mengerikan sekali.
Kok bisa senekat itu, Mas Teguh?
Teguh: Kalau aku, masalah hal seperti itu aku sudah biasa mengalami, Mas. Kalau masalah melihat pisau, ya mohon maaf, bukan untuk takabur ya.
Intinya saya niat menolong. Itu saja.
Posisinya waktu itu seperti apa, para pelaku ini gimana, Mas? Dia menggebu-gebu, meledak-ledak atau seperti apa?
Teguh: Kalau posisi dia, sewaktu aku nyampai di situ, dia cuma diam semua Mas, tapi dia siap membawa pisau.
Saya melerai yang satu, yang satu itu nikam lagi.
Dan bahkan yang pihak korban itu, aku sempat heran, karena mau menebas aku, kan disangka aku lawan. Aku kira dia (korban) pakai parang, tapi ternyata kayu.
Ternyata kayu, aku oleng, tidak konsentrasi Mas.
Jadi Mas Teguh kena pukulan? Kena sambaran sabetan atau apa?
Teguh: Kayu, kayu petak balok. Aku kira itu pedang Mas. Wah, sangat mengerikan seperti itu, seperti itu.
Setelah kena kayu, Mas Teguh melihat kan korban itu seperti?
Teguh: Sama aku enggak asing gitu loh Mas. Oh, korban itu, sering mondar-mandir, dulu tuh saling menyapa, tapi tidak saling mengenal nama. gitu.
Sudah familiar lah satu sama Iya, baru ingat.
Dia bilang, "Bang, tolong aku, Bang", gitu.
Saat Mas Teguh di tengah kepungan, apakah sabetan (pelaku) masih berlangsung atau sudah ngerem?
Teguh: Itu masih, Mas. Yng satu itu, karena aku lengah. Aku menghalau yang satu kan, yang satu ini dari sebelah kiri aku.
Berarti saat Mas Teguh di situ, korban masih dibacok?
Teguh: Masih. Kena di tangan juga. Dia mau nangkis, tangan yang kena.
Itulah, darah berceceran banyak.
Dia bilang, Mas tolong aku, Mas. Terus aku tolong.
Terus aku minta tolong sama orang untuk mengantarkan ke rumah sakit. Tapi, kenapa semuanya tidak ada yang peduli gitu.
Berarti, waktu mas sudah proses menolong ini, enggak ada warga melihat nih?
Teguh: Melihat, Mas, banyak Mas. Tapi enggak ada yang berani. Enggak mau.
Bahkan, sampai korban itu sudah miring-miring bangun, terjatuh, bangun, terjatuh.
(Mereka) Cuma video-videoin saja. Saya jadi marah-marah dewek, terus terang saja.
Senjata tajam masih berada di lokasi?
Teguh: Kalau si pelaku, senjata tajam dibawa kabur.
Kaburnya seperti aps dua orang pelaku ini?
Teguh: Posisi pelaku ini saat (membacokO) mengenai tangan korban itu, terus aku kan mau mau mancal dia gitu.
Setelah itu pelaku itu lari menyeberang jalan.
Aku bilang, "Hei, jangan lari kau". Intinya seperti itu.
Terus aku minta tolong sama orang-orang yang di situ, kejar, kejar, kejar. Tapi pada tidak mau.
Terus aku balik lagi ke tempat dagangan aku. Aku ngambil kayu panjang. Mau kukejar, sudah enggak tampak lagi.
Pelaku melarikan diri menggunakan sepeda motor atau lari atau jalan kaki?
Teguh: Pelaku itu lari sambil jalan, mata nengok pandangan ke aku. Oh, mungkin menandai, mungkin gitu, ya. Tengok ke arah aku itu.
Setelah itu, aku melihat kunci motor ada, masih aku amankan dua-duanya, aku kantongi.
Motor korban dan motor pelaku?
Teguh: Iya. Dua-dua sepeda motor Iya. amankan Iya. Kunci aku ambil.
Saat itu, pelaku ini lari ke arah mana?
Teguh: Pelaku itu arahnya ke seberang jalan, arah ke jalan Pematang Gajah. Masuk ke lorong.
Sepeda motor sama dan barang apa yang ketinggalan saat itu?
Yang ketinggalan di situ itu cuma sepeda motor, dua.
Terus di situ ada sarung, sarung apa?
Teguh: Sandal dua pasang dan sarung senjata tajam yang kecil bengkok itu.
Kalau senjata tajamnya jenis apa?
Teguh: Kalau lihat dari model sarungnya, itu semacam jenis badik kali, Mas. Soalnya kecil, bengkok.
Saat itu pelaku sudah lari. Kalau korban masih berada di lokasi?
Teguh: Masih. Ini kan kondisinya korban ngomong minta tolong aku.
Setelah itu, kan aku lari ke jalan, minta tolong sama orang-orang. Maksudnya aku suruh ngantar ke rumah sakit kan.
Nah, itu sampai korban bisa jalanlah ke tempat jalan aspal samping tukang sate itu.
Di situ bilang tolong tolong. Aku tolong antarkan ke rumah sakit. Aku sambil mencari orang suruh itu, tapi satu pun tidak ada yang mau.
Malah di situ numpuk-numpuk orang, malah videoin.
Jadi siapa yang berhasil membantu evakuasi?
Teguh: Yang membantu itu yang nyetop jalan, orangnya pakai mobil L300, kawan saya dari tukang cuci itu.
Tukang jus ini yang nyetop, nyetop mobil L300 dan aku menghalangi di depan mobil supaya mobil tidak lari lagi.
Oh, jadi agak sedikit memaksa?
Teguh: Memang memaksa. Enggak ada yang penting. Enggak ada, semua mobil, motor itu acuh-acuh terus.
Korban ini belum tentu ditolong orang-orang. Intinya seperti itu.
Mohon maaf, aku sendiri kesal, padahal beliau itu membutuhkan pertolongan Mas.
Jarak berapa waktu, dari pelaku kabur dengan proses evakuasi ke rumah sakit itu?
Teguh: Itu lama Mas, nyampai mungkin korban kalau cepat ketolong itu, karena kehabisan darah di situ Mas. Kayak sapi dipotong, terus mengucur.
Kondisi lantai atau aspal di sana kena darah itu kayak sapi di bawah panci.
Mengerikan?
Teguh: Iya. Aku pun menolong, kugendong, tapi enggak ada orang yang mau bantu.
Jadi, Mas Teguh sendiri nih yang mengangkat korban?
Teguh: Iya, terus dibantu sama tukang jus.
Tukang jus ngomong sama orang-orang, ayo bantu, bantu, bantu.
(Lalu orang-orang orang yang menonton bilang) Oh, pedagang sini juga, ya, pedagang jus ini.
Saat itu aku ini sudah kena lumuran darah. Pegang leher sama punggung (korban) kan.
Aku enggak kuat, Mas, badan korban in besar. Itu pun aku yang menaikkan ke atas mobil, sama pedagang jus itu angkat di bagian kaki itu. Terus dibantu ada dua orang, enggak tahu siapa lah.
Aku pun licin kena darah, badanku kecil, dia besar. Aku tuh nyampe kegencet badan korban kan. Aku naikkan mobil, aku seret ke tengah-tengah mobil gitu kan.
Setelah itu aku turun. Setelah turun dari mobil, terus di situ kan ada security.
(Saya bilang) Tolonglah antarkan ini, antarkan ke rumah sakit dulu.
Kondisi emosi Mas Teguh juga enggak stabil berarti saat itu?
Teguh: Aku emosi, mohon maaf, gara-gara ngelihat banyak orang pada acuh tak acuh. Kalau aku niat membantu, aku enggak ada pamrih. Enggak ada ingin dilihat orang, karena itu keselamatan nyawa, Mas. Karena bawa pisau kan.
Ada enggak kata-kata yang disampaikan pelaku ataupun korban saat tragedi itu terjadi?
Teguh: Tidak ada, diam semuanya. Diam semuanya.
Pas aku loncat di tengah-tengah kalangan, mereka semua juga diam.
Cuma pas saat korban memutarkan kayu (kena Teguh), karena awalnya korban enggak tahu kalai saya niat memisahkan. Mungkin waktu itu disangkanya aku ini ikut mengeroyok juga gitu. .
Jadi, di saat itulah korban mohon maaf.
Berarti, ada berapa luka yang ada di badan korban?
Teguh: Kalau setahu ak, mungkin lebih delapan tusukan gitu, Mas.
Ini kategori sadis enggak, Mas?
Teguh: Wah, kalau seperti itu, super sadis. Itu sudah direncana pokoknya.
Kalau darah, yang aku lihat itu. Setelah itu kan itu kan aku melihat lagi di samping sate itu.
Itu lukanya banyak yang jelas. Di tangan, di perut, di dada, semuanya. Pokoknya lukanya itu banyak, Mas.
Luka itu bukan luka karena satu pisau itu. Karena luka tusukan sama kayak sayatan.
Mungkin sayatan itu pisau yang bengkok kan itu Kalau yang bengkok itu kan biasanya itu mung pek lebar, Mas. Yang lurus kan untuk nusuk.
Saat itu warga masih enggak ada yang berhenti menolong?
Teguh: Enggak ada yang mau mendekat gitu, cuma nonton saja.
Nonton, bukannya bantu korban atau kejar pelaku yang lari itu juga enggak.
Sampai aku teriak-teriak, suruh kejar-kejar, bukannya dikejar.
Datanglah security. Ada empat. Ada salah satu yang aku kenal.
Padahal pelaku jalan kaki, jalan kaki sambil lari pelan, pelaku gak ditangkap? Sambil itu pegang pisau masih dibawa, yang pisau panjang itu?
Teguh: Kalau yang setahu aku, mungkin pisau yang pendek itu, Mas. Entah dibawa kabur atau dibuang, aku enggak tahu.
Tapi, pas lari itu kan aku melihat. Aku bilang, hei jangan lari kau. Itu pisau yang panjang nampak pelaku yang tinggi yang membawa. Mereka lari tanpa sandal.
Karena kan tempatnya memang gelap, tapi di ujung sana kan ada lampu, jadi kan kelihatan Mas.
Bagaimana Mas Teguh tahu pelaku ini dibawa ke rumah sakit, ke rumah sakit mana dan meninggal dunia?
Teguh : Kalau setahu aku, itu kemarin kan korban sudah aku naikkan mobil. Nah, aku turun, terus mobil itu berangkat. Katanya dibawa ke Rumah Sakit Raden Mattaher.
Katanya, korban, itu cuma dengar-dengar, setelah itu yang saya dengar korban sudah enggak bisa ditolong. Yang sampai rumah sakit sudah ngorok katanya.
Mas Teguh sebenarnya kenal enggak sama korban ini?
Teguh: Sama korban cuman kenal kenal-kenal begitu saja, saling lewat, saling menyapa saja.
Berarti korban ini warga dari Pematang Gajah?
Teguh: Iya, masih warga situ. Warga sini. Warga Pematang Gajah.
Kan bininya dia di Pematang Gajah situ.
Jadi, dia kalau mondar-mandir dulu itu itu kan lewat dekat aku dagang, jadi saling menyapa, tapi tidak tahu nama gitu kan. Gitu doang.
Mungkin Mas Teguh tahu tidak, awal mula kenapa mereka ini sampai berkelahi?
Teguh: Kalau dibilang, kenal juga enggak, tapi ya tahu lah berarti artinya.
Kalau masalah kejadian itu, masalah apa kan aku enggak tahu, Mas.
Aku cuma tahunya ada suara teriak minta tolong-tolong.
Enggak terlalu detail, ya, mungkin. Enggak tahu masalahnya apa-apa-apa.
Tahunya, aku tiba di situ, melihat itu pada membawa pisau. Setekag itu aku lari di tengah-tengah situ saja.
Sudah tahu, Mas, kabarnya salah satu pelaku sudah ditangkap?
Teguh: Enggak. Kalau salah satu orang, itu pas lari itu, selang kejadian 10 menit itu aku dengar.
Dengar dari rekan aku, katanya pelaku sudah ketangkap. Ketangkap pas waktu di saat lari, dan yang ngejar itu pun dari kawanku sopir Grand Max tukan antar paket.
Yang teriak minta tolong itu bininya tukang sate, suruh ngejar di situ, makanya dikejar pelaku itu kan.
Nah, dia (pelau) diteriakin begal begal begal gitu, baru ada salah satu warga itu keluar dari rumah, lihat dia lari enggak pakai sendal, enggak pakai baju, ditangkaplah.
Di mana lokasinya? Masih di Pematang Gajah?
Teguh: Masih di Pematang Gajah.
Jaraknya dari lokasi kejadian sekitar 400 meteran lah. Belum terlalu jauh, sebelum simpang empat Pematang Gajah.
Tertangkap di situ, berarti Mas Teguh enggak ngikutin lagi pelaku setelah menolong korban?
Teguh: Aku setelah dia (pelaku) pada kabur, kan aku minta tolong sama orang suruh ngejar ngejar ngejar, tapi tidak ada yang mau mengejar.
Mas Teguh sudah lama jualan di sini?
Teguh: Aku sudah lama.
Berapa tahun Mas?
Teguh: Aku, kalau di Jambi sini sudah 3 tahunan Mas.
Nah, berarti Mas tahulah hiruk-pikuk kondisi jalan Pematang Gajah ini bagaimana?
Mungkin bisa ceritakan hal lain, Mas, kengerian jalan Desa Pematang Gajah ini?
Teguh: Kalau setahu aku, Mas, sebelum dagang soto, aku kan menenangkan diri itu di Simpang Empat Citra Raya.
Aku dagang martabak telur yang disebut namanya martabak kancil kan. Di saat itu sering, Mas, setiap malam itu kejadian orang minta tolong. Tak tahu kejadian apa saja.
Setiap orang minta tolong di tempat aku itu banyak HP yang dijambret atau tas.
Larinya pelaku ke arah mana?
Teguh: Ke luar, ke arah Simpang Rimbo itu memang. Dan berapa kali aku dulu mengejar seperti itu. Bahkan, sampai begal-begal itu.
Jadi lagi berdagang, Mas Teguh ikut mengejar?
Teguh: Sama anak tukang sate Padang yang jejeran sama aku itu. Mentalnya juga kuat.
Kalau melihat situasi seperti ini, ada begal, kasus penikaman baru-baru, sebagai pedagang, bagaimana harapan Mas Teguh terhadap polisi ataupun pemerintah?
Teguh: Kalau dulu sering kalau malam-malam ada patroli (polisi) yang pasti mampir di tempat aku. Berhenti di situlah jaga di tempat aku.
Dari Polsek Jaluko pun bapak-bapak itu kenal sama aku. Tahunya kan aku kancil-kancil gitu ya.
Oh, berarti harapannya bakal ada patroli-patroli seperti itu ya?
Teguh: Semenjak kejadian perkelahian, mungki tempat usaha ini semuanya sepi.
Orang mungkin takut, karena ada yang dibilang katanya gengster lah, begal.
Nah, takutnya di situ mungkin kali, Mas.
Semuanya, semalam, dagang pada sepi pembelinya. (Tribun Jambi/Rifani Halim)
Baca juga: Teriakan Ibu-Ibu Pecah usai Azan Isya, Lihat Pria Merintih di Pematang Gajah
Baca juga: Fenomena Kemunculan Ular Besar di Jambi Bikin Khawatir, Memasuki Musim Hujan
| Teriakan Ibu-Ibu Pecah usai Azan Isya, Lihat Pria Merintih di Pematang Gajah |
|
|---|
| Niat Menolong Malah Nyaris Jadi Korban, Pedagang Soto Ini Jadi Saksi Malam Berdarah di Muaro Jambi |
|
|---|
| 9 Luka Menganga pada Pria Tewas Ditikam Adik Mantan Istri di Pematang Gajah |
|
|---|
| Dua Pelaku Terus Hajar Tusuk Hendri Meski Warga Pematang Gajah Jambi Teriak-teriak |
|
|---|
| Tragedi Berdarah di Simpang CRC Muaro Jambi, Hendri Dihabisi 2 Adik Iparnya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/Saksi-Kata-tragedi-pematang-gajah.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.