Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen 20 November 2025 - Sebuah Proklamasi Iman

Bacaan ayat: Ulangan 6:4-5 (TB)  Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu

Editor: Suci Rahayu PK
Instagram @ferinugroho77
Pdt Feri Nugroho 

Renungan Harian Kristen 20 November 2025 - Sebuah Proklamasi Iman

Bacaan ayat: Ulangan 6:4-5 (TB)  Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.  

Oleh Pdt Feri Nugroho

 

Pada zaman kuno, setiap bangsa memiliki ilah atau sesembahannya masing-masing.

Toleransi dijunjung tinggi dimana setiap orang dapat dengan bebas menyembah ilahnya dengan caranya masing-masing.

Meskipun demikian kedapatan juga bahwa situasi politik berpengaruh pada pembuktian, mana ilah yang lebih berkuasa. Perang dijadikan sebagai tempat pembuktian.

Bangsa yang menang akan diakui sebagai bangsa yang memiliki ilah yang lebih kuat.

Itu sebabnya mereka memiliki hak dominasi. Pengakuan dari pihak yang kalah dibuktikan dengan perpindahan penyembahan ilah. Bangsa yang memiliki kekuatan militer besar akan cenderung dipercaya sebagai pihak yang memiliki ilah atau sesembahan yang lebih kuat. 

Konteks ini yang melatarbelakangi tampilnya sebuah proklamasi iman yang menyatakan, ' Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.'

 Pada satu sisi, proklamasi ini menjadi tindakan yang cukup berbahaya mengingat ada banyak bangsa disekitar yang masing-masing memiliki ilah.

 Dengan proklamasi tersebut tidak bisa dihindari umat Tuhan sedang dibawa untuk meniadakan semua ilah yang ada, dan fokus pada Ilah yang satu.

Meskipun demikian, proklamasi iman ini sudah sewajarnya, mengingat keberadaan mereka, yaitu umat Tuhan, juga tampil sebagai sebuah bangsa, berdampingan dengan bangsa-bangsa yang lain. Itu sebabnya kata 'esa' bukan merujuk pada jumlah, namun pada hakekat atau esensi bahwa Ilah yang ini berbeda dari ilah yang lain. Satu-satunya yang seperti Ilah ini tidak ada yang lain, kecuali Dia. 

Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa Ilah yang ini, yaitu TUHAN, adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta. Ilah yang secara khusus berinisiatif untuk menciptakan sebuah bangsa dari satu keluarga, dalam panggilan-Nya kepada tiga generasi keluarga awal, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub.

 Itu sebabnya proklamasi iman menjadi sangat penting agar umat bukan melulu percaya berdassrkan kemenangan perang semata, namun dimampukan melihat karya-Nya yang berkesinambungan dalam sejarah bangsa mereka.

Itu sebabnya menjadi wajar jika ada tuntutan untuk fokus mengasihi Tuhan dalam rangka membangun relasi yang kelanjutan dari masa ke masa dengan tetap terus menempatkan TUHAN sebagai penguasa tunggal atas kehidupan mereka. 

Di era modern, hampir sama dengan era kuno, dimana diakuinya setiap kepercayaan ada dalam sejarah.

 Sikap toleransi dikemas dalam paham agama yang dipahami sebagai cara manusia untuk menyembah ilah. Ini baik dalam relasi sosial, mengingat adanya hak azasi manusia yang dijunjung tinggi.

Meskipun demikian proklamasi iman sangat diperlukan agar tidak kehilangan identitas diri sebagai orang percaya. Identitas akan membentuk cara paham yang bermuara pada paradigma, yang akan dipakai untuk memahami kehidupan. 

Fokuslah untuk terus mengasihi Tuhan agar tidak disesatkan oleh berbagai ajaran yang menyamar sebagai kebenaran. 

Fokus pada Dia yang telah menjadikan langit dan bumi, agar terus dapat memaknai kehidupan dengan benar. Amin

    Renungan Kristen oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Siloam Palembang

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved