TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Di tengah derasnya arus modernisasi, Suku Anak Dalam (SAD) terus beradaptasi dengan kehidupan yang semakin maju.
Tribun Jambi berkesempatan mengunjungi langsung pemukiman Suku Anak Dalam yang berada di Dusun Dwi Karya Bakti, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
Dalam kunjungan ini, Tribun Jambi melakukan wawancara bersama Juliana, satu di antara kader muda berprestasi dari komunitas SAD yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi di Kota Jambi.
Juliana berbagi cerita tentang perjalanan hidupnya, perubahan yang dialami komunitas SAD dari masa ke masa, tantangan yang mereka hadapi di tengah modernisasi, serta harapan untuk masa depan komunitasnya.
Berikut kutipan wawancaranya:
Perkenalan dan Latar Belakang.
Perkenalkan, nama saya Juliana. Saya merupakan satu di antara kader dari komunitas Suku Anak Dalam dikomunitas saya Dusun Dwi Karya Bakti Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo.
Bagaimana Kondisi kehidupan Suku Anak Dalam saat ini di Desa Dwi Karya Bakti?
Kehidupan Suku Anak Dalam saat ini, Alhamdulillah, sudah menetap.
Sudah banyak fasilitas dari pemerintah yang tersedia seperti sumur bor, perumahan, dilengkapi ada musala, pendopo tempat perkumpulan dan lainnya.
Apa perbandingan kehidupan Suku Anak Dalam di masa lalu dan masa sekarang?
Dahulu, kami belum menetap. Masih tinggal secara berpindah-pindah di dalam hutan.
Kegiatan kami adalah berburu dan meramu.
Tempat tinggal kami dulu disebut Sudung , Sudung adalah semacam pondok atau tempat tinggal yang digunakan sementara sebelum berpindah lagi ke hutan lain.
Jadi dulu betul-betul nomaden dari satu hutan ke hutan lain?
Iya, benar. Kami berpindah dari satu hutan ke hutan lain, tergantung kebutuhan dan kondisi.
Untuk sekarang, apakah masih berpindah-pindah?
Tidak lagi. Sekarang kami sudah menetap. Tapi terkadang, satu atau dua hari kami masih masuk ke hutan untuk mencari jernang dan rotan.
Apakah kegiatan berburu masih dilakukan?
Tidak lagi. Alhamdulillah, sekarang kami sudah menjadi mualaf, jadi kegiatan berburu sudah tidak dilakukan lagi.
Kalau begitu, apa mata pencaharian utama masyarakat di Desa Dwi Karya Bakti ini?
Sebagian besar sekarang sudah berkebun. Ada juga yang masih mencari rotan dan jernang.
Sementara yang belum memiliki kebun biasanya mencari brondolan sawit.
Apa perbedaan paling terasa antara kehidupan masa lalu dan sekarang?
Yang paling terasa adalah dari sisi ekonomi. Dulu, mencari penghidupan lebih mudah karena hutan masih luas dan bisa diandalkan.
Sekarang, banyak hutan yang berubah menjadi lahan sawit, sehingga hasil hutan seperti rotan dan jernang semakin sulit didapat.
Ini sangat berdampak bagi yang belum punya lahan sendiri.
Apakah di desa ini ada persoalan -persoalan seperti pendidikan, ekonomi, atau kesehatan?
Untuk kesehatan, kami masih terus belajar tentang lingkungan. Sedangkan dalam bidang pendidikan, Alhamdulillah sudah mulai difasilitasi, seperti baju sekolah dan kebutuhan lainnya.
Juliana sebelumnya kuliah di mana dan mengambil jurusan apa?
Saya kuliah di Universitas Muhammadiyah Jambi, mengambil jurusan Kehutanan.
Apa alasan memilih jurusan Kehutanan?
Saya memilih jurusan Kehutanan karena saya melihat hutan - hutan sekarang sudah banyak yang ditebangi.
Saya ingin bisa membantu komunitas saya dalam menjaga hutan yang merupakan rumah kami sejak dulu.
Bagaimana Juliana merasakan perbedaan antara kehidupan dahulu dengan kehidupan sekarang? Apakah merasa lebih nyaman?
Jujur, saya merasa lebih nyaman di masa lalu.
Apa alasannya merasa lebih nyaman dulu?
Entahlah, tapi rasanya lebih tenang. Dulu tidak ada drama - drama dan tidak banyak konflik seperti sekarang.
Apa harapan Juliana untuk pemerintah dan juga komunitas Suku Anak Dalam sendiri?
Harapan saya, pemerintah terus mendampingi komunitas Suku Anak Dalam, terutama dalam bidang pendidikan.
Untuk teman-teman Suku Anak Dalam, baik yang di sini maupun di tempat lain, semoga terus menjaga nama baik komunitas kita dan terus menjadi lebih baik lagi.
Baca juga: Pemprov Jambi Siapkan Beasiswa untuk 454 Mahasiswa di Tahun 2025, Termasuk Jenjang S2 dan S3
Baca juga: Silfester Matutina Segera Mendekam di Jeruji Besi, Kejagung: Sudah Inkrah
Baca juga: Juliana Perempuan Pertama Suku Anak Dalam Jambi yang Jadi Sarjana, Seri V