Sebelumnya diberitakan, Anggota Komisi VIII DPR RI, Atalia Praratya, mengangkat isu kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang menetapkan jumlah rombongan belajar (rombel) di SMA meningkat dari 36 menjadi 50 siswa.
Baca juga: TRAGIS Nasib Siswi SD saat Jalan Sehat di Rumdis Bupati, Nyawa Yasinta Melayang, Ambulans Tak Ada
Kebijakan ini dinilai berpotensi berdampak pada mutu pendidikan di daerah.
Dalam kunjungannya ke Sekolah Rakyat Cimahi di Sentra Abiyoso, Kamis (31/7/2025), Atalia mengungkapkan kekhawatirannya. Menurutnya, penambahan jumlah siswa per kelas justru bisa mengganggu kenyamanan belajar karena siswa harus berbagi ruang yang lebih sempit.
Ia menekankan pentingnya evaluasi mendalam terhadap kebijakan tersebut. Hal ini berkaitan dengan berbagai keluhan guru yang mengalami kesulitan dalam mengelola kelas dengan jumlah siswa yang jauh lebih banyak dari sebelumnya.
Atalia mengingatkan bahwa peningkatan kapasitas rombel dari 36 menjadi 50 siswa sangat mungkin menurunkan mutu pendidikan yang diterima peserta didik.
"Bagaimana mungkin anak anak bisa nyaman kalau mereka duduk berhimpitan, belum gerahnya, belum aktivitas lainnya," kata Atalia saat melakukan kunjungan di Sekolah Rakyat Cimahi.
Ia kembali menegaskan perlunya kajian komprehensif mengenai kebijakan tersebut, terutama karena banyak guru telah menyampaikan keresahan mereka secara langsung.
"Saya mendengar banyak, mendapatkan masukan, curhatan dari para guru, yang mereka kerepotan. Bayangkan ngurus anak yang 25 itu saja repot apalagi dua kali lipat apalagi di masa-masa mereka itu adalah usia remaja. Tolonglah dipikirkan bukan urusan kuantitas tapi kualitas," ujarnya.
Dalam kunjungan tersebut, Atalia juga menyempatkan diri untuk memeriksa fasilitas belajar di Sentra Abiyoso. Ia meninjau berbagai ruangan, mulai dari ruang makan, kamar tidur, aula, hingga kelas. Menurutnya, kondisi fasilitas di sekolah ini sudah terbilang layak dan nyaman.
Di Sekolah Rakyat Cimahi, penerapan rombel berbeda. Sekolah ini memiliki total 100 siswa yang dibagi ke dalam rombel berisi 25 orang, sehingga suasana belajar lebih kondusif.
"Saya melihat bagaimana anak-anak dimanusiakan, dalam arti mereka diberikan tempat yang layak dari mulai tempat tidur yang nyaman, bersih, rapi, kamar mandinya bersih layak termasuk mereka dibiasakan kebiasaan kebiasaan baik," ungkap Atalia.
Jawaban Dedi Mulyadi
Menanggapi kritik dari Atalia, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan penjelasan terkait alasan penerapan rombel berisi 50 siswa. Ia menyatakan bahwa kebijakan tersebut terpaksa diambil karena terbatasnya pembangunan sekolah baru di Jawa Barat sejak 2020.
Dedi mengungkapkan bahwa dalam rentang 2020–2025, jumlah sekolah baru yang dibangun tidak sampai 50 unit. Kondisi ini membuat kapasitas SMA negeri hanya mampu menampung sekitar 40 persen dari total siswa di Jawa Barat.
Menurutnya, keputusan untuk mengisi rombel hingga 50 siswa hanya berlaku di 38 sekolah tertentu dan dilakukan karena keterpaksaan.
"Itu pun kami lakukan terpaksa, dibanding mereka tidak sekolah. Mereka tinggal rumahnya dekat sekolah, jadi kalau harus bergeser ke tempat lain yang jauh bisa jadi mereka putus sekolah," jelas Dedi Mulyadi, Sabtu (2/8/2025).