Rekan-rekan Paskibraka Diva, para pemuda dan pemudi yang seharusnya menjadi kawan seperjuangannya di lapangan upacara, kini berdiri dengan tatapan kosong.
Mereka tidak hanya memberi hormat. Dengan bahu yang bergetar menahan tangis, mereka melakukan tugas terakhir untuk sahabat mereka.
Tangan-tangan yang biasa berlatih mengibarkan bendera itu kini dengan sigap mengusung keranda Diva, mengantarkannya dari masjid hingga ke liang lahad.
Langkah tegap mereka kini berganti menjadi langkah duka, sebuah iring-iringan paling pilu yang pernah mereka lakukan.
Dua Kali Disholatkan
Kecintaan warga pada Diva begitu besar hingga salat jenazah untuknya digelar sebanyak dua kali.
Pertama di Desa Sikara-kara IV, tempat tinggal orang tuanya, lalu yang kedua di Desa Sikara-kara Kampung.
"Teman-teman Paskibranya juga ingin menyalatkan. Mereka sangat kehilangan," jelas Husni, seorang warga setempat.
Pemakaman pun terpaksa dilakukan di TPU Desa Sikara-kara Kampung, bukan di desa asal Diva.
Banjir yang merendam pemakaman di kampungnya seolah menjadi pertanda bahwa alam pun turut berduka.
Selain itu, selama masa latihan, Diva memang tinggal di rumah kakaknya di Sikara-kara Kampung, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari kedua desa tersebut.
Sekitar pukul 14.00 WIB, diiringi doa dan air mata yang tak henti mengalir, jasad Diva akhirnya menyatu dengan bumi.
Diva Febriani ditemukan tewas pada Kamis (31/7/2025) dalam kondisi mengenaskan.
Siswi kelas X itu saat ditemukan dalam kondisi terkubur dan kepalanya ditutupi ember bekas di sebuah kebun sawit di Desa Taluk.
Sebelum ditemukan tewas, Diva sempat dinyatakan hilang pada 29 Juli 2025.
Belakangan diketahui Diva menjadi korban pembunuhan yang dilakukan Yunus Saputra.