TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Sidang tuntutan untuk terdakwa Dedi Susanto alias Tek Hui (Tikui) di kasus tindak pidana penyalahgunaan narkoba di Jambi digelar hari ini, Kamis (31/7/2025).
Sebelumnya, sang adik, Helen Dian Krisnawati alias Helen, bos besar natkoba di Jambi dituntut dnegan hukuman mati.
Sidang tuntutan untuk terdakwa Tikui sempat ditunda pekan lalu, karena surat tuntutan belum selesai disusun oleh jaksa penuntut umum (JPU).
Diketahui, Tikui ditangkap di Jambi beberapa hari setelah bos narkoba Jambi, Helen ditagkap Mabes Polri di Jakarta.
Kakak beradik ini ditangkap karena diduga sebagai bandar besar narkoba di Jambi.
Penangkapan keduanya atas pengembangan setelah sebelumnya polsi menangkap beberapa pengedar di Kabupaten Tajung Jabung Barat (Tanjabbar), Jambi.
Baca juga: 10 fakta Helen Pengendali Narkoba Jambi Dituntut Hukuman Mati di Pengadilan Negeri Jambi, Miliaran
Baca juga: Oknum Anggota DPRD Batanghari dan 1 Perempuan Digerebek Warga Malam-malam di Teratai
Helen Dituntut Hukuman Mati
Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Jambi menuntut bandar narkoba Helen Dian Krisnawati hukuman mati dalam kasus peredaran narkoba yang terorganisir di Provinsi Jambi.
Sidang tuntutan digelar di di Pengadilan Negeri Jambi, Kamis (24/7/2025) sore.
“Hal yang memberatkan, terdakwa merupakan pengendali jaringan narkotika di kota kambi. Bertentangan dengan pemberantasan tindak pidana narkotika. Berbelit-belit dalam memberi keterangan dan tidak mengakui perbuatannya. Tidak ada hal yang meringankan," ujar JPU M Asri, membacakan tuntutan.
M Asri membacakan, menjatuhkan pidana terdakwa Helen Dian Krisnawati berupa pidana penjara mati dan perintah agar terdakwa tetap ditahan.
"Menjatunkan pidana terhadap terdakwa Helen Dian Krisnawati berupa pidana penjara mati dan perintah agar terdakwa tetap ditahan," ujar jaksa penuntut umum.
JPU Kejari Jambi membacakan dalam perkara peredaran narkotika jaringan Helen dan Didin.
Dalam keterangannya, Helen sempat menawarkan barang atau narkoba jenis sabu-sabu 4 kilogram kepada Ari Ambo senilai Rp 450 juta.
Selain itu, pil ekstasi seharga Rp 160 ribu per butir sebanyak 2000 butir ke Ari Ambo tanpa memberikan uang muka atau down payment (DP).
Pembayaran dilakukan setelah barang habis terjual.