"Dalam hitungan saya, lebih dari 5 kilometer saluran air yang dikelola PJT (berubah) jadi bangunan, akhirnya banjir melimpah karena air ga ada tempat lari. Sudah di atas gundul, saluran air menyempit, datang ke hilir jadi rumah, ya sudah wassalam," tutur Dedi.
Untuk itu, tidak ada jalan lain, jika tidak ingin banjir, maka kembalikan fungsi sungai.
"Sungai harus jadi sungai. Kalau sungai jadi rumah, jangan salahkan air kalau rumahnya terendam," tutup dia.
Sebelumnya, Dedi Mulyadi sempat dibuat kecewa ketika mendapati eskavator pengeruk sungai Bekasi tidak bekerja.
Temuan itu ia ketahui kala meninjau penanganan banjir di Bekasi.
Dedi Mulyadi datang kembali untuk mengecek kondisi sungai yang sebelumnya sempat dikeruk memakai eskavator.
Namun pengerukan itu ternyata sudah terhenti, tidak sesuai dengan harapan Dedi Mulyadi.
Dedi pun terkejut ketika mendapat informasi eskavator tak bekerja ketika bertanya kepada kepada warga.
"Kemarin mesinnya (eskavator) kan di situ ?, sekarang mesinnya kemana ?," tanya Dedi kepada warga dikutip dari KDM Channel, Senin (17/3/2025), seperti dikutip TribunJatim.com.
"Kemarin kan bapak di lokasi, pengerukan sementara di sana. Ya udah, bapak pergi, dia pergi," jawab warga.
Dedi Mulyadi pun akhirnya menelepon seseorang terkait eskavator tersebut.
Dedi menanyakan terkait kenapa eskavator yang seharusnya mengeruk sungai kini sudah tidak ada.
Sedangkan pengerjaan sungai itu, menurut Dedi, juga belum selesai.
Kemudian Dedi mendapat informasi bahwa pengerjaan akan berlanjut setelah rapat hari Senin.
"Kan itu proyek pak, kan tinggal diterusin, saya ngasih contoh aja pak, ini pengabdian pada negara lho pak, kepada masyarakat," ucap Dedi saat menelepon seseorang tersebut.