Untuk mendapatkan biaya tersebut, ia terpaksa menjual semua hartanya mulai dari tanah kebun hingga harta lainnya.
Hingga akhirnya keluarga memutuskan untuk tidak melanjutkan pengobatan tersebut karena tidak memiliki biaya lagi.
“Terakhir kami diminta untuk mengganti alat yang dipesan dari Cina, dengan harga yang sama, namun kami tak sanggup lagi,” paparnya.
“Memang dibayar secara bertahap (Rp 80 juta), namun harta kami sudah habis, kami bukan orang kaya,” kata Suliani menyambung penyampaian suaminya dengan nada sedih.
Ia mengatakan, saat ini sang suami tidak lagi memiliki pekerjaan, sang suami harus berdiam diri di rumah lantaran keadaan kaki yang terus memburuk dan membengkak.
“Adapun tawaran terkait dari dokter itu meminta kaki suami saya untuk dimatikan, nanti berjalan seperti robot tidak bisa dilipat,” tutupnya.
Baca juga: Maladministrasi Penundaan Berlarut Aduan Dominan, Bincang Bareng Kepala Ombudsman Jambi
Baca juga: Ombudsman Jambi: Kasus Maladministrasi hingga Penundaan Berlarut Marak di Sektor Pelayanan Publik
Baca juga: 10 Elemen Pengamanan Siap Amankan Misa Natal di Gereja Santa Teresia Jambi