TRIBUNJAMBI COM, JAMBI - Kader Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) diprediksi bakal terpecah pada kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak di Provinsi Jambi.
Terpecahnya para kader dua partai besar tersebut dikarenakan dukungan yang diberikan oleh DPP untuk bakal calon kepala daerah tidak sesuai dengan keinginan sejumlah kader.
Sejumlah kader merasa tidak puas dengan keputusan partai yang mengusung kandidat yang bukan merupakan kader.
Di PAN, perpecahan internal terlihat jelas, pasalnya dua pasangan kandidat bakal calon Gubernur Jambi yang mendaftar merupakan sama-sama kader PAN.
Namun partai besutan Zulkifli Hasan ini lebih memilih mengusung petahana Al Haris yang merupakan Ketua MPP ketimbang Romi Hariyanto yang merupakan kader murni.
Sehingga ini menyebabkan beberapa politisi senior menolak keputusan partai yang tidak mendukung Romi Hariyanto untuk maju di Pilkada tahun ini.
Hal ini terlihat jelas pada saat pendaftaran bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jambi pada 27-29 Agustus lalu, terlihat politisi PAN ikut menghantarkan pasangan Romi Hariyanto dan Sudirman ke KPU.
Sebut saja anggota DPRD Provinsi Jambi, Fadli Sudria, Supriyono dan sejumlah kader lain dengan menggunakan atribut lengkap berwarna biru khas PAN.
"Ini menunjukan identitas kami, bahwa kami orang PAN tetap berada di barisan Romi, Kami fokus, kami tidak menghiraukan partai, kami mengapresiasi partai politik yang mendukung Romi hariyanto sebagai calon gubernur Jambi, Insyaallah kami masih berada di barisan Romi Hariyanto Sudirman," kata Fadli.
Bahkan ia tak menghiraukan ancaman yang sudah disampaikan Ketua Umum bahwa kader PAN harus tegak lurus mendukung pasangan Haris-Sani.
Di daerah, kejadian serupa juga terjadi seperti di Pilkada Muaro Jambi. PAN lebih memilih mengusung kader 'naturalisasi' Masnah Busro yang juga menjabat ketua DPD PAN, ketimbang kader murni yakni Bambang Bayu Suseno (BBS).
Begitu juga di Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), PAN pilih mengusung Zumi Laza yang langsung ditunjuk menjadi ketua DPD PAN Tanjabtim, ketimbang Dillah yang juga kader PAN.
Di Tebo kader PAN Hamdi tak direstui, partai matahari biru ini dan lebih memilih Aspan untuk diusung.
Selanjutnya di Merangin, M Syukur lebih disukai PAN ketimbang mantan Bupati Merangin Nalim yang merupakan kader militan PAN.
Di Kerinci kader PAN juga bakal terbelah, mengingat anggota DPRD Provinsi Jambi Fadli Sudria tak dapat dukungan. PAN memilih mendukung putra mantan Bupati Kerinci Murasman yakni Monadi untuk berlaga.
Di Golkar pun lebih parah lagi, Ketua DPD II Golkar Kota Jambi Budi Setiawan yang diketahui merupakan ketua tersukses karena prestasinya berhasil menempatkan 8 kader terbaiknya di DPRD Kota Jambi, ternyata tak menjadi jaminan bisa diusung partainya sendiri.
Golkar memilih mendukung kader partai lain untuk di majukan di Pilwako Jambi yakni Maulana-Diza yang sama-sama kader Partai Amanat Nasional.
Hal yang sama juga terjadi di Pilbup Sarolangun. Nama Ketua DPD II Golkar Sarolangun Tontawi Jauhari harus dicoret, lantaran Ketua DPD I Golkar Jambi Cek Endra (CE) memilihi mengusung sang putra Gerry mendampingi Hurmin di perebutan BH 1 SZ tahun ini.
Beberapa kalangan menganalisa, perpecahan di PAN dan Golkar ini akan membentuk dua kubu yang berseberangan yang beirisan langsung dari Pilgub hingga ke daerah.
Di PAN misalnya, kader yang merasa terjegal akan beirisan dengan Romi Hariyanto. Diantaranya Bambang Bayu Suseno di Muaro Jambi, Dillah Hich di Tanjabtim, Nalim di Merangin dan Fadli Sundria di Kerinci. Mereka diyakini akan bersatu tidak akan mengikuti perintah partai.
Kemudian di Golkar, Budi Setiawan dan simpatisannya dan Tontawi Jauhari juga diprediksi tidak akan tegak lurus mengikuti perintah partai. Keduanya juga diprediksi akan beririsan dengan Romi Hariyanto melawan pasangan yang diusung partainya.
Dengan adanya pembelotan ini, pasangan Haris-Sani jelas dirugikan, karena mesin partai tidak akan bekerja maksimal. Haris-Sani tentu sudah mencium dan berhitung dengan situasi ini. Makanya, pasangan Jambi Mantap Jilid II ini tidak bisa bergantung penuh dengan mesin partai pengusungnya.
Pengamat politik dari Universitas Jambi (Unja), Citra Darminto mengatakan, menghadapi Pilkada ini gesekan yang ada di Partai Golkar dan PAN harus segera diselesaikan.
"Golkar dan PAN mesti berhati-hati dan belajar dari pengalaman yang sudah ada. Apalagi, Golkar dan PAN akan menghadapi pilkada pada 2024 ini. saya menilai perpecahan akan sangat merugikan kepentingan politik Golkar dan PAN ke depan, termasuk dalam menghadapi Pilkada Serentak 2024," katanya.
Menurutnya, dinamika yang terjadi saat ini, sebenarnya lebih dikarenakan kepentingan dalam Pengusungan calon Kepala daerah di tahun 2024, tidak dalam konteks untuk memperebutkan kekuasaan di internal partai.
"Artinya, saya memandang sebetulnya konteksnya perbedaan itu muncul saat ini lebih kepada ada pandangan secara prinsip diantara kubu yang berdinamika dalam kaitan aspek ideologis partai dan lebih kepada antara relasi partai yakni PAN dan Golkar dengan pemerintahan," katanya.
Jadi, inilah yang menjadi alasan-alasan bagi beberapa Kader terbelah di tubuh dua partai tersebut.
"Namun perbedaan pandangan ini saya rasa tidak berdampak signifikan terhadap kontestasi Pilkada nanti. Riak-riak dan dinamika menjelang Pilkada itu biasa terjadi, apalagi untuk partai sebesar Golkar dan PAN," sebutnya .
Kata dia dinamika tersebut akan mudah diatasi dan tidak akan sampai pada perpecahan sepanjang tidak ada perbedaan fatsun politik secara ideologis
"Kalau memang ada 'gentlement agreement' mestinya ditaati. Kalau tidak ada, ya, jalankan sesuai aturan main partai," pungkasnya.
Baca juga: Luncurkan Indeks Kerawanan Pilkada, Jambi Kategori Sedang, 2 Kabupaten Tinggi