Salah satu faktor yang diduga membuat PPP terlempar dari DPR adalah konflik internal yang tidak diselesaikan dengan baik.
"Secara institusional, PPP bolak-balik diterpa konflik internal bahkan dalam beberapa waktu berkepanjangan sehingga membuat citra partai berlambang Ka'bah menjadi terus terdegradasi," kata Direktur Trias Politika Strategis Agung Baskoro saat dihubungi pada Jumat (22/3/2024).
Baca juga: Ramalan 3 Zodiak Hoki soal Asmara Besok Rabu, 12 Juni 2024: Scorpio, Sagitarius dan Capricorn
Baca juga: Candi Hitam di Kawasan Percandian Muaro Jambi Belum Tersentuh
Konflik internal PPP bahkan dimulai saat mereka masih menjajaki peluang koalisi dan sebelum tahapan Pemilu 2024 berjalan.
Pada saat itu, Suharso Monoarfa yang menjabat sebagai ketua umum dicopot mendadak dan digantikan oleh Mardiono.
Kemudian di tengah masa kampanye Pilpres 2024, sejumlah kader PPP menyatakan mendukung calon presiden-calon wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Padahal PPP sudah menyatakan dukungan politik kepada capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD. "Padahal embel-embel sebagai partai Islam lekat dengan standar yang tinggi," sambung Agung.
Agung juga menilai PPP kurang mempunyai sosok pemimpin yang kuat dan sanggup menyatukan kubu yang berseteru. Padahal menurut dia, di tengah masa transisi atau pasca konflik diperlukan sosok ketua umum yang kuat.
Faktor dukungan politik kepada Ganjar-Mahfud juga dianggap gagal mengerek efek elektoral untuk PPP, jika bukan sebaliknya.
PDI-P selaku partai utama dalam koalisi ini, meskipun tetap menang Pileg DPR RI 2024, kehilangan 18 kursi di Senayan. Partai Hanura dan Perindo tetap gagal masuk DPR RI.
"Secara umum pemilih PPP lebih memilih Anies dan Prabowo, dan hanya sedikit saja yang memilih Ganjar itu hanya PPP yang berbasis di jateng. Di Luar Jateng pemilih PPP banyak ke Anies dan Prabowo," ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno, kepada Kompas.com, Jumat (22/3/2024).
"Sejak awal PPP tak terlampau fokus ke pileg, tapi harus berbagi dengan pilpres menangkan Ganjar-Mahfud. Tentu ini sangat berisiko karena PPP sedang struggle untuk lolos parlemen. Mngkritik Jokowi dengan approval rating tinggi jadi blunder besar PPP. Mestinya PPP gunakan kacamata kuda fokus lolos pileg saja," jelas dia.
Selain itu, Adi menilai PPP gagal membaca pergeseran profil demografi pemilih pada Pemilu 2024. Ia menyebutkan, basis pemilih PPP adalah masyarakat berusia tua yang jumlahnya mengecil, sedangkan sebagian besar pemilih pada Pemilu 2024 adalah pemilih muda.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gugatan Kandas di MK, PPP Cari Cara Lain untuk Masuk Parlemen",
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: 3 Shio Paling Hoki soal Keuangan Besok Rabu, 12 Juni 2024: Shio Monyet, Shio Babi dan Shio Naga
Baca juga: Kondisi Terkini Polwan Briptu FN yang Bakar Suaminya, Alami Luka Bakar hingga Kabar 3 Balitanya
Baca juga: Kronologi Siswi SMK Taruna Jambi Disetubuhi Senior, Diduga Pihak Sekolah Tahu