WAWANCARA EKSKLUSIF

Jokowi dan Prabowo Duet Maut, Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, Seri I

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PERKEMBANGAN POLITIK - Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari (kiri), saat berbincang dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra (kanan), di studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (4/6).

Sinkronisasi.

Saya perbedakan sinkronisasi dengan transisi. Transisi, ya. Transisi itu adalah putusnya satu episode dengan episode yang lain.

Ya. Contohnya, 2004, Ibu Mega. Putus. Putus seputus-putusnya. Sampai sekarang nggak masuk. 25 tahun. Ibu Mega ngambil keputusan mengangkat panglima TNI.

Namanya Ryamizard.

Dibatalkan oleh Pak SBY. Itu salah satu contoh transisi. Putus. Nggak bisa ketemu. Sulit. 2014, dari Pak SBY ke Pak Jokowi.

Bukan Pak SBY dengan Pak Jokowi yang musuhan. Tapi karena Pak Jokowi berasal dari PDIP. Putusnya tetap dengan Ibu Mega.

Perlu rumah transisi. Nah, karena itulah kemudian apa yang dikerjakan oleh Pak SBY dengan yang dikerjakan oleh Pak Jokowi.

Nota benenya banyak yang nggak lanjut.

Banyak yang nggak lanjut.

Dan Pak Jokowi ketika memulai pemerintahan itu betul-betul dari nol.

Perlu adaptasi dua bulan, tiga bulan, enam bulan.

Jangan-jangan beberapa titik itu sampai setahun. Tentu sayang karena waktunya itu terbuang.

Nah, pada hari ini ceritanya lain.

Ini bukan transisi. Ini sinkronisasi. Kenapa? Karena Pak Jokowi dan Pak Prabowo satu tim.

Mereka nggak bermusuhan. Bahkan sangat berkawan, bertemanan.

Halaman
1234

Berita Terkini