TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL - Transformasi digital terus merambah dan berkembang di berbagai sektor, termasuk kuliner. Satu di antara tempat yang telah menerapkan transformasi digital tersebut adalah Rumah Makan Nikmat.
Rumah makan ini berdiri sejak lebih dari dua dekade yang lalu di Kota Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Meski telah berdiri cukup lama, pemilik rumah makan ini enggan tergerus perkembangan zaman.
Satu di antara buktinya adalah penerapan digital marketing dan sistem pembayaran yang telah berbasis digital. Seperti apa?
Promosi melalui Sosial Media
Owner Rumah Makan Nikmat, Muhammad Jery Alvero menjelaskan, pihaknya turut mempromosikan aneka menu di sana melalui media sosial. Yang paling ramai adalah Facebook.
Media sosial keluaran Meta ini dia gunakan untuk menjangkau orang-orang yang belum tahu tentang rumah makan yang berlokasi di Kecamatan Tungkal Ilir, Tanjab Barat ini. Kata Jeri, sejatinya masyarakat setempat sudah tahu mengenai usaha rumah makan yang dia jalani, sehingga media sosial lebih fokus untuk menjangkau masyarakat luar yang belum tahu.
"Sosial media ini untuk menjangkau pelanggan yang belum tahu, sekaligus mempromosikan produk juga," jelasnya.
Layani Pembayaran Nontunai
Untuk pelanggan yang tidak membawa uang tunai, rumah makan yang fokus menyajikan makanan laut ini juga menyediakan layanan pembayaran nontunai. Pembayaran menggunakan sarana digital itu meliputi transfer, QRIS, hingga tersedianya mesin EDC.
Rumah makan yang berfokus di sajian seafood ini juga menggunakan pembayaran digital seperti transfer, Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), dan juga mesin Electronic Data Capture (EDC).
"Tak payah bolak-balik ke bank lagi," timpal Jeri.
Fasilitas pembayaran dari BRI sendiri sudah tersedia di sana sejak beberapa tahun lalu.
Sebuah Keniscayaan
Akademisi UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Bahren Nurdin, MA menilai transaksi digital sejatinya merupakan sebuah keharusan yang tak bisa ditiadakan.
"Ini merupakan sebuah keharusan, keniscayaan yang memang tidak bisa dinafikan," dia menjelaskan.
"Sebenarnya kita juga sudah mulai terlambat. Beberapa negara-negra maju sudah lama menerapkan transaksi nontunai, jadi masyarakat tidak perlu lagi membawa cash untuk melakukan transaksi," lanjutnya.
Dia memberi contoh melalui pengalamannya beberapa tahun terakhir di Australia. Kata Bahren, bahkan untuk membeli secangkir kopi pun, transaksi yang dilakukan di sana sudah menggunakan sistem nontunai.
"Itu sudah cashless semua, seperti yang belakangan mulai kita lakukan di Indonesia, yang biasa kita kenal dengan QRIS," ujarnya.
Baca juga: Nefas Kitchen Manfaatkan Transformasi Digital untuk Promosi hingga Transaksi
Baca juga: Rahasia Rahmat Widayat Kembangkan Mic Coffee, Kopi Bengkulu Dipasarkan di Jambi
Baca berita dan artikel tribunjambi.com lainnya, kini bisa melalui Google News