Orang Rimba

Kisah Pratu Budi, Suku Anak Dalam yang Menjadi TNI  Mendampingi Komunitasnya

Penulis: Abdullah Usman
Editor: Deddy Rachmawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pratu Budi warga Suku Anak Dalam atau SAD yang menjadi TNI. Kini Budi menjadi Babinsa dan bertugas membina komunitas adat SAD

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Melakukan pendampingan dan memberikan pemahaman bagi komunitas Suku Anak Dalam (SAD) tidaklah mudah. Bagi seorang prajurit TNI seperti Pratu Budi, itu merupakan tantangan besar yang harus diemban. Beruntung, Budi merupakan warga Suku Anak Dalam.

Pratu Budi bertugas di Kodim 0420/Sarko, Koramil 42-03 Pauh Sarolangun. Dia berasal dari komunitas Orang Rimba atau Suku Anak Dalam yang wilayahnya di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), Kabupaten Sarolangun.

Saat Tribun Jambi menemui Pratu Budi di tempat tugasnya, Desa Lubuk Jering, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, tepatnya di kawasan Kampung Terpadu Madani (SAD) Rabu (7/12), dia tengah bersiap siap melihat warga binaan yang berada di kebun (hutan; red).

Babinsa (Bintara Pembina Desa) khusus bagi SAD di Kabupaten Sarolangun dan Merangin itu berangkat. Dia menyisir hutan dan semak semak secara cekatan. Terlihat lelaki itu sudah menguasai medan.

Budi lahir pada 24 April 1998, dari orangtua Bebayang dan Berbeda, yang merupakan pasangan Suku Anak Dalam.

Dalam perjalanan menuju kawasan permukiman SAD yang berjarak sekira 2 kilometer dari kawasan terpadu Madani, tak jarang Pratu Budi berinteraksi ramah dengan warga SAD yang dijumpai. Dia pun berkomunikasi dengan warga SAD yang keberadaannya tidak terlihat karena berada di balik semak. Budi dengan tepat dapat mengetahuinya.

Dalam beberapa kesempatan, Budi berbicara dan memberikan pemahaman kepada mereka tentang cara berkebun dan merawat tanaman agar lebih baik dan maksimal. Itu merupakan satu di antara tugas pokoknya sebagai seorang Babinsa.

Saat perjalanan itu, Budi juga menyempatkan diri melihat warga yang sedang sakit perut. Dia mengecek kesehatan, berkomunikasi serta memberikan arahan dan masukan, serta memastikan warga binaannya tetap dalam kondisi baik.

Sejak menjadi anggota TNI pada 2017, Pratu Budi mengemban tugas sebagai Babinsa sejak delapan bulan terakhir.

Banyak hal yang menjadi perhatian pembelajaran dan juga evaluasi, terutama dalam memberikan pemahaman bagi warga SAD.

Baca juga: Pilot Project Kosabangsa Berdayakan Suku Anak Dalam di Kawasan TNBD

Meski lahir dari keluarga Suku Anak Dalam, namun bukan berarti dalam memberikan masukan Budi tidak menemukan hambatan maupun tantangan.

"Namun, terlepas dari itu semua, kembali lagi ke niat awal bergabung sebagai anggota TNI. Selain mengabdi bagi negara, juga memiliki tugas khusus atau tanggung jawab untuk dapat membina dan memperhatikan tempat kelahiran," ujarnya.

"Keinginan itu disambut baik oleh para pimpinan, yang memberikan amanah saya untuk menjadi Babinsa khusus bagi warga Suku Anak Dalam," tutur Budi.

Di Kecamatan Air Hitam ada lima tumenggung yang menjadi warga binaannya. Di sana ada 600 kepala keluarga (KK) yang tersebar dan berpencar. Sebenarnya, secara teritorial SAD itu tersebar di dua kecamatan.

Pratu Budi menyampaikan tugas pokoknya sebagai Babinsa sebenarnya sama halnya dengan Babinsa pada umumnya. Hanya saja untuk wilayah Kawasan Terpadu Madani (KTM) SAD memang sedikit berbeda.

"Tugas pokok maupun utama saya dalam bertugas sehari-hari, di antaranya melakukan pendekatan memberikan masukan dan pembelajaran. Agar mencegah terjadinya gesekan maupun bentrok antar masyarakat sekitar," ujarnya.

Baca juga: Suku Anak Dalam dan Masyarakat Serahkan 20 Senpi Rakitan ke Polres Merangin

Memberikan pemahaman SAD akan budaya hidup bersih dan sehat juga tak kalah penting, juga tugasnya. Termasuk pendidikan, baik itu membaca ataupun menulis.

Ketika memberikan pemahaman terkait dunia pendidikan bagi SAD memang sedikit berbeda dari pendidikan pada umumnya. Jika di sekolah umum, anak didik atau siswa yang menyesuaikan jadwal gurunya. "Kalau di SAD ini kita yang harus menyesuaikan jadwal mereka," ujar Budi

"Karena ketika mereka waktunya membantu orang tua, baik itu bertani, berkebun atau berburu, kita tidak bisa ganggu. Kita yang mengalah, menunggu sampai kewajiban mereka kepada orang tua sudah terlaksana, baru kita bisa memberikan pendidikan kepada mereka," jelasnya.

Keringat Budi mengajar tak sia-sia. Dia bisa sedikit tersenyum. "Alhamdulillah saat ini rata rata anak SAD di Desa Air Hitam sudah bisa baca tulis," ungkapnya.(usn)

Berita Terkini