Dampak Perbaikan Jalan Bulian-Tembesi, Sopir Batu Bara 'Gantung' Berhari-hari hingga Habis Ongkos

Penulis: A Musawira
Editor: Teguh Suprayitno
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ujang Riyadi (51) dan rekan-rekan sopir angkutan batu bara sedang berada di Terminal Muara Bulian, karena dalam posisi ‘gantung’.

TRIBUNJAMBI.COM, MUARABULIAN-Perbaikan jalan Bulian-Tembesi mengakibatkan lumpuhnya lalu lintas angkutan batu bara yang melintasi Kabupaten Batanghari.

Informasi terbaru itu disampaikan oleh Dirlantas Polda Jambi pada 21 November 2022, lalu.

Akibatnya, sejumlah kendaraan angkutan batu bara yang sudah terlanjur keluar dari mulut tambang terpaksa menginap di kantung parkir hingga berhari-hari.

Ini yang dialami satu diantara sopir batu bara, Ujang Riyadi (51).

Ujang dan rekan-rekannya yang lain saat ini sedang ‘menggantung’ di Terminal Muara Bulian lantaran belum bisa melanjutkan perjalannya ke lokasi pembongkaran.

Pada awalnya, sopir asal Pekanbaru ini mengisi muatan batu bara di wilayah Kabupaten Tebo.

Baca juga: Cerita Lisa, Kerja jadi Sopir Batu Bara untuk Hidupi 5 Anaknya

“Muatan saya dari daerah Tebo. Saya muatan pada 21 November 2022, siang. Waktu itu belum ada imbauan bahwa mulut tambang akan ditutup. Setelah muatan, saya dikasih uang injak gas,”

“Sore harinya saya baru menerima pemberitahuan dari pihak tambang bahwa dari kepolisian kita tidak bisa jalan dan belum tahu sampai kapan,” katanya pada Rabu (30/11/2022).

Akan tetapi informasi itu, dirinya terima sesaat sudah keluar dari mulut tambang.

Imbasnya dari informasi itu, membuat posisi gantung di kantung parkir. Hingga akhirnya pada 23 November ada pemberitahuan terbaru bahwasanya jalan Sridadi, Muara Bulian bisa dilewati dengan catatan DO pada 21 November.

Adanya informasi terbaru itu membuat sebagian sopir melanjutkan perjalanannya. Akan tetapi DO yang dimiliknya di atas 21 November 2022.

Baca juga: Derita Sopir Truk Batubara di Jambi Terlantar di Jalan Usai Operasional Disetop: Anak Istri Kasihan

Alhasil dirinya tidak bisa melintasi wilayah Kabupaten Batanghari, karena tidak sesuai tanggal yang dipersyaratkan.

“Saya minta ada toleransi untuk saya bisa lewat, kalo ini tidak dibongkar, kita (sopir) tidak ada pemasukan,” katanya.

Dikatakanya disaat posisi ini, dirinya sempat berpikirkan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke lokasi pembongkaran, dan ingin balik kanan bongkar di tambang.

Namun kata dia akan sia-sia karena tidak adabpemasukan dan ongkos akan makin tinggi.

“Kalau saya mutar balik ke tambang bisa-bisa saja tapi kan nggak ada hasilnya sedangkan saya mau ngirim uang untuk keperluan keluarga, makanya saya bertahan mau tidak mau sampai saat ini saya ada di sini,” ucapnya.

Ia membeberkan sekali injak gas bisa mencapai Rp500 ribu ditambah amprah Rp190 ribu dan lain-lainnya bisa mencapi Rp900-1 juta.

Baca juga: Macet Akibat Truk Batu Bara Masih Terjadi di Jambi, Ini yang Dipersiapkan Kementerian ESDM

Sejauh ini, kata Ujang di Terminal Muara Bulian setidaknya tersisa 10 unit angkutan batu bara yang gantung dan masih menunggu informasi selanjutnya untuk melintas.

"Saya sudah 6 hari di terminal. Kalau bisa kami diperbantukan. Saya sudah sampaikan ke keluarga, mereka merasa prihatin bahkan saya semalam ada dibekalin uang jalan sama keluarga,”

“Selama di sini saya tidak bisa mengirim uang ke keluarga. Makan saja kita hemat-hemat,” pungkasnya.

Baca berita terbaru Tribunjambi.com di Google News



 

Berita Terkini