Berita Internasional

CHINA Disebut Kebakaran Jenggot Usai AS Setujui Jual F-16 dan 2 Paket Tetangga Indonesia Ini

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

China disebut sengaja provokasi Filipina lewat tantangan di saluran radio penjaga pantai

TRIBUNJAMBI.COM - Kerjasama dalam bidang militer disepakati Amerika Serikat dan Filipina.

Diketahui, Amerika Serikat telah menyetujui kemungkinan penjualan F-16 hingga Rudal ke negara yang dipimpin Rodrigo Duterte itu.

Seperti yang dilansir Tribunjambi.com dari Aljazeera, Manila ingin membeli sekitar 12 pesawat F-16 senilai $2,43 miliar serta amunisi taktis.

Bahkan hal itu disetujui oleh Departemen Luar Negeri AS, menyetujui adanya potensi penjualan jet tempur F-16 serta rudal Sidewinder dan Harpoon ke Filipina dalam tiga kesepakatan terpisah dengan nilai gabungan lebih dari $2,5 miliar.

Filipina juga diketahui sedang mencari jet tempur multi-peran baru dan kini sedang mengevaluasi F-16 dan Gripen Saab AB.

Filipina Siap Tempur Lawan China, Amerika Datang Beri Bantuan Militer. Presiden Filipina Rodrigo Duterte periksa Pasukan (newsline.ph via sosok.grid.id))

Pengumuman soal datang pada pun muncul dan diperkirakan datang pada Kamis (24/6) ketika Amerika Serikat berusaha untuk memperbarui kesepakatan dengan Filipina yang mengatur kehadiran pasukan AS di Manila.

Hal ini juga sangat penting bagi strategi AS untuk bisamelawan aktivitas China yang terus berkembang di Asia.

Filipina juga diketahui menjadi salah satu negara yang sedang bermasalah dengan China di Laut China Selatan.

Pekan lalu, Filipina pun kembali menangguhkan selama enam bulan lagi langkah untuk bisa membatalkan Perjanjian Kunjungan Pasukan (VFA) yang telah berusia dua dekade yang akan berakhir pada Agustus.

Eric Sayers, seorang rekan tamu di American Enterprise Institute yang konservatif, turut mengatakan itu tampaknya merupakan “upaya proaktif oleh Washington untuk memastikan Amerika Serikat tetap menjadi mitra keamanan pilihan untuk Manila”.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte, sering mengutuk soal kebijakan luar negeri AS saat menjajaki hubungan yang lebih dekat dengan China, mengatakan kepada Washington tahun lalu bahwa dia pun membatalkan VFA di tengah kemarahan atas seorang senator dan sekutunya yang ditolak visanya.

Sejak itu, ia pun perlahan-lahan mundur dari ancamannya dan berulang kali menangguhkan tanggal berakhirnya latihan militer.

Duterte juga sampai menyalahkan AS atas hilangnya Filipina dari beberapa wilayah di Laut Cina Selatan.

Baca juga: CHINA Langsung Siaga Tingkat Tinggi Usai Kapal Perusak AS Masuki Wilayah Selat Taiwan, Provokasi?

Baca juga: Tiba-tiba Kapal Perang AS Berada di Selat Taiwan Usai Sepekan Ancaman Besar-besaran dari China

Baca juga: Angkatan Udara (PLA) China Bakal Unjuk Diri Pamerkan Pesawat Tempur Barunya di Acara Akbar Ini

Gregory Poling, pakar keamanan maritim di Pusat Studi Strategis dan Internasional, mengatakan bahwa salah satu keluhan Duterte adalah persepsinya bahwa AS tidak menyediakan peralatan berkualitas tinggi ke Filipina.

“Saya berharap pemerintah AS akan mencari peluang selama enam bulan ke depan untuk memerangi persepsi itu,” ujarnya.

Halaman
12

Berita Terkini