Virus Nipah

Apa Itu Virus Nipah, Ancaman Pandemi Baru di Asia Tingkat Kematian 75 Persen Ini Penyebabnya

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi kelelawar yang disebut menularkan Virus Nipah.

Jus kurma juga populer di Kamboja, tempat Duong dan timnya menemukan bahwa kelelawar buah di Kamboja terbang jauh - sampai 100 kilometer setiap malam - untuk menemukan buah.

Ini berarti masyarakat di wilayah ini perlu menyadari bahwa mereka tidak hanya dekat dengan kelelawar tapi juga mungkin mengonsumsi produk yang terkontaminasi olehnya.

Baca juga: Fakta Prostitusi Anak di Jakarta : Tarif Rp 1,5 Juta hingga Rp 6 Juta, Pelanggannya Pengusaha

Duong dan timnya juga mengidentifikasi situasi berisiko tinggi lainnya.

Tahi kelelawar (disebut guano) populer sebagai bahan pupuk di Kamboja dan Thailand, dan di wilayah pedesaan yang minim lapangan pekerjaan, tahi kelelawar bisa jadi cara mencari nafkah.

Duong mengidentifikasi banyak lokasi tempat warga setempat secara aktif mendorong kelelawar buah, yang juga dikenal sebagai rubah terbang, untuk berak di dekat rumah supaya mereka dapat mengumpulkan dan menjual guano.

Namun banyak pengumpul guano tidak memahami risiko yang mereka hadapi dalam melakukan pekerjaan itu.

"Enam puluh persen orang yang kami wawancarai tidak tahu bahwa kelelawar dapat menularkan penyakit. Pengetahuan mereka masih kurang," kata Duong.

Ia percaya bahwa edukasi warga setempat akan ancaman yang dibawa kelelawar perlu dilakukan.

Tapi barangkali tidak semudah itu.

Menghindari kontak dengan kelelawar barangkali gampang dilakukan di masa lalu dalam sejarah manusia, namun seiring populasi manusia bertambah, kita mengubah planet ini dan menghancurkan habitat alam untuk memenuhi kebutuhan akan sumber daya.

Perbuatan ini mempercepat penyebaran penyakit.

"Penyebaran patogen (zoonotik) ini dan risiko transmisi bertambah cepat dengan... perubahan penggunaan lahan seperti penggundulan hutan, urbanisasi, dan intensifikasi pertanian," tulis Rebekah J White dan Orly Razgour dalam telaah tentang penyakit zoonotik emerging yang diterbitkan Universitas Exeter pada 2020.
Sebanyak 60 persen populasi dunia tinggal di Asia dan wilayah Pasifik, sementara urbanisasi terus berlangsung dengan cepat.

Menurut Bank Dunia, hampir 200 juta orang pindah ke wilayah perkotaan di Asia Timur antara tahun 2000 dan 2010.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Virus Nipah, Ancaman Pandemi Berikutnya di Asia"

Baca juga: VIRAL, Rumah Mewah Seharga Rp 1,7 M di Citraland Bandar Lampung Hancur Terseret Longsor, Kok Bisa?

Berita Terkini