Bukan hanya pada dirinya sendiri, namun juga pada sesama.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Gunakan Harta Benda untuk Kemuliaan Tuhan
Persembahan juga dimaknai sebagai simbol perdamaian dengan Tuhan.
Domba yang dijadikan persembahan, dibakar diatas mezbah bertujuan untuk hidup dalam damai dengan Allah.
Bagaimana mungkin datang untuk berdamai dan bersyukur kepada Allah, sedang hatinya sedang membenci dan tidak berdamai dengan sesamanya?
Jika itu terjadi, maka persembahanya menjadi tidak berguna. Ada yang bertolak belakang.
Bagaimana bisa seseorang berdamai dengan Allah sementara pada saat yang sama sedang menyimpan dendam kepada sesama?
Dengan tegas Tuhan Yesus menyatakan untuk meninggalkan persembahan tersebut dan berdamai dengan sesamanya.
Jika memberi persembahan, namun hati diliputi kebencian, maka persembahannya menjadi tidak berguna dan sia-sia.
Jika engkau akan memberikan persembahan dan teringat akan saudaranya yang sedang sakit hati kepadamu, maka tinggalkan persembahan itu dan berdamailah dahulu.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Hidup adalah Kristus dan Mati adalah Keuntungan
Baru engkau bisa memberikan persembahan dalam damai dan kelegaan.
Lalu, bagaimana jika saudaranya tidak mau berdamai, apakah itu berarti dia batal memberikan persembahan?
Perhatikan, fokus utama pernyataan Tuhan Yesus.
Dia lebih fokus pada dirimu yang bertindak proaktif untuk membangun perdamaian. Jika uluran tangan untuk berdamai itu ditolak, maka damai itu akan kembali kepada dirinya sendiri.
Berdamai itu tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Berdamai itu tetap bersikap baik meskipun dijahati.