TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Gusniwati ia mungkin satu-satunya, orang Minang yang memilih jalan bisnis kuliner yang berbeda dengan orang Minang pada umumnya di Kabupaten Sarolangun.
Ia bersama sang suami sudah 10 tahun berjualan ketoprak dan bubur ayam, padahal identitas asli Minang yang sering ditemui yaitu sebagai pebisnis Rumah Makan Padang atau sate.
Ia memilih jalan yang sedikit berbeda karena ia dulunya pernah berjualan ketoprak di Jakarta dan hijrah ke Kabupaten Sarolangun 2010.
Baca juga: Dua Kali Penerimaan WTP Dalam Satu Tahun, Ini Penjelasan Pjs Bupati Bungo
Baca juga: Update Bantuan Subsidi Gaji Untuk Guru Honorer Kemenag, di Provinsi Jambi Ini Jumlahnya
Baca juga: 4 Rumah Sakit di Lampung Tolak Ibu yang akan Melahirkan, Karena Hasil Rapid Test Positif Covid-19
Awal mula sang suaminya berjualan ketoprak di Jakarta, namun ia lebih memilih hijrah ke Kabupaten Sarolangun kerena sering berkunjung ke rumah adiknya, sampai akhirnya memilih untuk membuka usaha sendiri.
Gusniwati memaparkan satu persatu awal ia merintis usahanya, demi mendapatkan modal, sang suami rela menjadi tukang aspal, lalu uang hasil kerja di kumpulan untuk membangun usaha.
"Saya orang Minang,(sambil tertawa), dulu suami saya jualan ketoprak di Jakarta, karena sering ke tempat adik saya di Sarolangun ini, jadi kami putuskan buka disini," kata Gusniwati, Selasa (3/11/2020).
Sebelumnya, tak hanya ketoprak dan bubur ayam saja, ia juga menjual nasi gemuk dan lontong, karena pandemi datang terpaksa kini hanya ada ketoprak dan bubur ayam saja.
Menurut salah satu pengunjung rica (23), ketoprak Gusniwati yang enak, karena memiliki rasa rempah yang lengkap dan pedas.
"Pedas enak ketoprak disini, udah sering juga beli disini," kata Rica pengunjung yang sedang membeli ketoprak.