"Biasanya di Dinas Kesehatan, di pengendalian dan pemberantasan penyakit (P2P) baik kabupaten, kota maupun provinsi, sudah ada teknis untuk penanganannya."
"Seperti pencegahannya, penanganannya ke masyarakat, itu program rutin dan memang sudah terprogram dengan baik."
"Saya pikir itu tinggal dijalankan lagi," tutur Deri, Selasa (20/10/2020).
Ia melanjutkan pemerintah untuk lebih mengingatkan lagi terhadap masyarakat mengenai tren DBD.
Karena saat ini dua hal yang harus diperhatikan, DBD dan Covid-19.
"Kita kan sedang wabah pandemi Covid-19 campur lagi secara musiman akan terjadi juga masalah DBD yang bisa melonjak kasusnya," sebut Deri.
"Ini harus saya sampaikan juga, kemaren sudah ada kejadian."
"Sebenarnya yang harus kita pahami ini kan Covid-19 merupakan the grid initiator (pemrakarsa jaringan)."
"Jadi dia bentuk gejala klinisnya bisa menyerupai bentuk yang lain-lain," ujarnya.
Deri menyampaikan sudah ada di Jambi pasien yang menderita DBD disertai positif Covid-19.
"Ada pasien yang saat ia datang dengan DBD, ujung-ujungnya dia corona, dan meninggal," ungkap Deri.
Deri mengajak seluruh masyarakat termasuk juga pemerintah harus peduli dengan DBD di tengah fokusnya seluruh pihak terhadap Covid-19.
"Walaupun DBD ini musiman, justru harus lebih aware lagi."
"Karena dia the grid initiator yaitu bisa menyerupai bentuk yang lain."
"Seperti tadi pasien DBD, bisa saja dia suatu Covid-19, gitu," lanjut Deri.
Selain itu dalam kondisi imunitas yang menurun saat DBD, ataupun segala bentuk komplikasinya, tidak menutup kemungkinan dengan sekarang sudah terpaparnya di mana-mana.
"Malah bisa memperburuk keadaan. Bisa seperti itu jadinya," pungkas Deri.
(tribunjambi/rara khushshoh)