Sepanjang Tahun 2020 Sebanyak 38 Kasus DBD di Muarojambi
Laporan Wartawan Tribun Jambi Hasbi Sabirin
TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI - Sepanjang tahun 2020 kasus penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Muarojambi tercatat sebanyak 38 kasus.
Bulan September lalu terjadi penambahan dua kasus yang terjadi di Desa Sembubuk Kecamatan Jaluko Kabupaten Muarojambi.
Berdasarkan data kasus DBD di Kabupaten Muarojambi dari Januari hingga September yakni.
Januari 12 kasus
Februari 11 kasus
Maret 5 kasus
April 5 kasus
Mei 1 kasus
Juni, 0
Juli 2 kasus
Agustus 0
September 2 kasus
Hal ini disampaikan oleh Kabid P2P Dinas Kesehatan Muarojambi Afifudin.
"Alhamdulillah untuk bulan Oktober ini belum ada terima laporan kasus DBD," kata Afif pada tribunjambi.com, Selasa (20/10/2020).
Selain itu pihaknya masih konsentrasi tehadap penanganan Covid-19, namun terhadap penyakit DBD tetap mereka pantau perkembangannya.
Jikapun ada lonjakan kasus DBD di Muarojambi RSUD Ahmad Ripin sendiri untuk bangsal anak dan penyakit dalam terpisah dengan layanan perawatan penyakit selain Covid-19.
"Selain itu Puskesmas tempat rawat inap ada 9 bisa dipakai untuk kasus-kasus yang memerlukan perawatannya dengan kewenangan dokter umum," tutupnya.
( tribunjambi.com/ Hasbi Sabirin)
Ketua IDI Jambi: Harus Aware Melihat Tren DBD di Tengah Covid-19
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan hal yang rutin terjadi terutama terjadi saat musim penghujan.
Deri Mulyadi, Ketua IDI Jambi menyampaikan antisipasi dan kewaspadaan harus lebih ditingkatkan saat Covid-19 mewabah.
"Biasanya di Dinas Kesehatan, di pengendalian dan pemberantasan penyakit (P2P) baik kabupaten, kota maupun provinsi, sudah ada teknis untuk penanganannya."
"Seperti pencegahannya, penanganannya ke masyarakat, itu program rutin dan memang sudah terprogram dengan baik."
"Saya pikir itu tinggal dijalankan lagi," tutur Deri, Selasa (20/10/2020).
Ia melanjutkan pemerintah untuk lebih mengingatkan lagi terhadap masyarakat mengenai tren DBD.
Karena saat ini dua hal yang harus diperhatikan, DBD dan Covid-19.
"Kita kan sedang wabah pandemi Covid-19 campur lagi secara musiman akan terjadi juga masalah DBD yang bisa melonjak kasusnya," sebut Deri.
"Ini harus saya sampaikan juga, kemaren sudah ada kejadian."
"Sebenarnya yang harus kita pahami ini kan Covid-19 merupakan the grid initiator (pemrakarsa jaringan)."
"Jadi dia bentuk gejala klinisnya bisa menyerupai bentuk yang lain-lain," ujarnya.
Deri menyampaikan sudah ada di Jambi pasien yang menderita DBD disertai positif Covid-19.
"Ada pasien yang saat ia datang dengan DBD, ujung-ujungnya dia corona, dan meninggal," ungkap Deri.
Deri mengajak seluruh masyarakat termasuk juga pemerintah harus peduli dengan DBD di tengah fokusnya seluruh pihak terhadap Covid-19.
"Walaupun DBD ini musiman, justru harus lebih aware lagi."
"Karena dia the grid initiator yaitu bisa menyerupai bentuk yang lain."
"Seperti tadi pasien DBD, bisa saja dia suatu Covid-19, gitu," lanjut Deri.
Selain itu dalam kondisi imunitas yang menurun saat DBD, ataupun segala bentuk komplikasinya, tidak menutup kemungkinan dengan sekarang sudah terpaparnya di mana-mana.
"Malah bisa memperburuk keadaan. Bisa seperti itu jadinya," pungkas Deri.
(tribunjambi/rara khushshoh)