TRIBUNJAMBI.COM - Banyak kisah G 30S PKI yang membuat orang bertanya-tanya.
Kisah menjelang G30S/PKI yang bersumber dari tulisan Siswadhi ini mungkin bisa mengungkap bagaimana hari-hari jelang sejarah kelam yang ada di Indonesia.
Berikut ini tulisan Siswadhi, Hari-hari Sekitar Tanggal 30 September 15 Tahun yang Lalu, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1980.
• KESAKSIAN Personel KKO AL, Jasad Jendral A Yani Paling Tragis: Korban G30S/PKI di Lubang Buaya
• Kenyataan Pahit 1958, RPKAD Harus Tempur Habis-habisan Lawan Teman Sendiri yang Membelot
Satu di antara isinya, Siswadhi menulis waktu bertanya kepada beberapa orang berapa gaji mereka waktu itu, banyak yang tidak tahu.
---
Sementara segelintir orang menikmati hiburan di tempat yang paling tinggi di Jakarta, kehidupan sehari-hari rakyat merana.
Keadaan ekonomi makin bobrok. Keperluan hidup sehari-hari terus membubung karena inflasi merajalela.
Bagi rakyat biasa kenyataannya ialah bahwa harga-harga selalu naik dari hari ke hari, minggu ke minggu.
Yang paling parah ialah orang yang harus hidup dari gaji.
Beras dan minyak tanah sukar didapat. Pemerintah membagikan kedua komoditi ini dengan harga resmi tetapi dalam jumlah kecil.
Akibatnya di mana-mana terlihat rakyat antri beras atau minyak tanah.
Tanggal 30 September 1965 sebuah surat kabar ibukota memuat catatan harga keperluan sehari-hari yang didapat, dari pasaran beberapa hari sebelumnya.
Bicara tentang harga-harga, menjarig kurang relevan kalau tidak dibandingkan dengan pendapatan orang.
Seorang rekan yang waktu itu bekerja sebagai guru SD di Jakarta, di belakang Hotel Indonesia teringat bahwa gajinya Rp 5000.
Seorang doktorandus ekonomi yang bekerja di bagian pembukuan sebuah perusahaan ekspor impor lebih mujur.
• TEWASNYA Para Jenderal Korban G30S/PKI, Pernyataan Soeharto Berbeda dengan Fakta Hasil Otopsi
• Kopassus Lawan Pasukan Elite Inggris, Kisah Pertempuran Di Kalimantan
Gajinya Rp150.000. Pesuruh dan tukang masak di perusahaan yang sama mendapat Rp 20.000.