TRIBUNJAMBI.COM, KUALATUNGKAL - Siapa yang tidak kenal dengan batik. Sebagai warisan nenek moyang Bangsa Indonesia yang juga telah di tetapkan sebagai warisan dunia, semakin membawa batik dikenal seluruh dunia.
Batik Indonesia memiliki keragaman, sehingga tidak akan di temukan kesamaan dalam setiap motif batik di tiap-tiap daerah di Indonesia.
Apresiasi tertinggi dari batik Indonesia adalah semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan.
• Mulai Berani Umbar Hubungan Spesialnya, Rangga Azof & Cut Syifa Tak Lagi Kucing-kucingan Berduaan
• Pasien Positif Rapid Test di Tanjabbar Meninggal Dunia di RSUD Daud Arif Kuala Tungkal
• Empat Tersangka Kasus Korupsi Baju Linmas Merangin Belum Ditahan, Ini Tanggapan Sekda
Sehingga dampaknya semakin banyaknya andil masyarakat dalam memperkenalkan dan mempertahankan batik sebagai Identitas bangsa Indonesia.
Keberagaman batik di tiap-tiap daerah, menjadikan batik sebagai salah satu identitas tiap daerah.
Kebanyakan motif yang diusung atau dibuat oleh pembatik mengangkat kearifan lokal, termasuk kekayaan alam hingga sosial budaya masyarakat lokal.
Provinsi Jambi sebagai satu diantara Provinsi yang ada di Indonesia yang memiliki 11 Kabupaten/kota dengan masing-masing daerah memiliki ciri khas tersendiri terutama berbicara soal batik.
Kabupaten Tanjabbar misalnya, setidaknya ada 40 motif, 30 motif di antaranya telah dipatenkan sebagai motif ciri khas Kabupaten Tanjabbar.
Perajin batik cap Tanjabbar, Ahmad Daud merupakan satu diantara pembatik yang ada di Kabupaten Tanjabbar.
Sebagai pembatik cap, dirinya telah melakukan pembatikan dengan berbagai motif yang juga telah dijual dan dipakai oleh orang-orang ternama.
Ustadz Abdul Somad misalnya, telah memakai baju batik buatannya dengan motif kopi liberika Tanjabbar.
"Kopi liberika kita kenal sebagai hasil kopi khas dari tanah Tanjabbar. Ini kita angkat sebagai motif batik, untuk lebih memperkenalkan kekayaan alam yang ada di Tanjabbar," sebutnya.
Ahmad Daud merupakan pembatik yang berfokus pada batik cap, dengan menggunakan alat cap yang di pesan dari luar daerah.
Di tangan perajin batik cap ini berbagai motif Ia aplikasikan. Selain motif Kopi Liberika, motif Cempakul, Udang Ketak, Buah Kelapa, Buah Nipah juga menjadi bagian motif batik cap yang berasal dari Kabupaten Tanjabbar.
"Untuk peralatan cap nya kita pesan dari Pekalongan. Jadi kita bikin desainnya, kemudian kita kirim dan mereka buat nya," sebutnya.
Menggunakan cap dan lilin, motif-motif asli Kabupaten Tanjabbar di aplikasi dalam lembaran-lembaran kain.
Proses ini hanya menampakkan motif dari cap tadi, sementara untuk mendapatkan hasil batik, dilanjutkan dengan proses colet.
Proses ini memberikan pewarnaan tahap awal dan di aplikasikan pada motif di kain.
"Proses selanjutnya dinamakan tembok, yaitu proses pewarnaan kedua, ini untuk menutupi warna yang tidak kita inginkan. Jadi kita tembok dengan menggunakan lilin," jelas Ahmad Daud.
Kata Ahmad Daud tidak ada kendala dalam proses pembuatan kain batik cap.
Proses pembuatan satu sampai dengan sepuluh kain batik bisa membutuhkan waktu sampai satu mingguan.
Namun akan memakan waktu lebih lama jika ada banyak warna yang di aplikasikan ke kain batik tersebut.
"Rata-rata untuk stok kita paling 20-30 potong dengan ukuran dua meter, itu diluar pesanan. Kalo pesanan kadang kita bisa sampai 100 potong atau lebih bisa jadi tergantung pesanan," terangnya.
Soal harga, untuk satu potong kain dengan ukuran 2 meter di jual dengan harga Rp 130 ribu, untuk bahan katun dan katun beby atau satun polos dijual di harga kisaran Rp 140 ribu.
Sementara untuk semi sutra dijual dengan harga sekitar Rp 200 ribu.
"Untuk yang mau pesan boleh langsung via DM di Instagram kita di batik_pesona_adabinjai," pungkasnya.