TRIBUNJAMBI.COM - Ini kisah Kopassus di tengah ganasnya hutan Kalimantan, satu di antara misi pasukan elite yang dahulu tak terungkap ke publik.
Banyak yang tidak mengetahui pertempuran menegangkan Kopasssus ini.
Kisah anggota Komando Pasukan Khusus yang pimpin Hendropriyono dikepung musuh, berakhir cukup tragis.
Peristiwa itu terjadi saat tim itu mendapat misi pencarian kelompok yang menembak seorang anggota Kopassus.
• Pertarungan di Markas Kopassus, Ahli Karate Jepang Tersungkur Ditangan Haji Umar
• Pertempuran Kopassus di Hutan Kalimantan1964, Pasukan Elite Inggris Kocar-kacir Kabur
• Data dan Fakta Pisau Komando Kopassus, Senjata Idola Kalangan Pasukan Khusus Dunia
• Kisah 2011, Perompak Somalia Dilumpuhkan Tiga Satuan Elit TNI, Kopaska, Kopassus dan Denjaka Bersatu
Kala itu dilakukan operasi penumpasan pemberontak Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS), Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) yang berhaluan komunis.
Tim Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha, sekarang Kopassus) dipimpin AM Hendropriyono memburu pemberontak yang menembak mati anggota Kopassus.
Hendropriyono mendapat tugas dari Sintong Panjaitan yang kala itu merupakan komandannya.
Sintong Panjaitan saat itu merupakan Komandan Satgas 42/Kopassandha yang ditugaskan menggantikan Satgas 32/Kopassandha dan Kompi A Yonif 412 Kodam VII/Diponegoro
Kisah ini Tribunjambi.com nukil dari buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karangan Hendro Subroto yang diterbitkan oleh penerbit Kompas.
Perjalanan misi
Dalam setiap briefing Sintong Panjaitan selalu menegaskan kalau militer membuat bivak jangan di dekat sumber air.
Beda dengan Pramuka yang membuat bivak selalu dekat dengan air karena memudahkan mereka untuk mandi, memasak, buang air dan keperluan lainnya.
Gerombolan komunis banyak melakukan gerakan menyusuri sungai kecil untuk menghilangkan jejak.
Penekanan Sintong itu ternyata tidak diindahkan oleh anak buahnya.
Mereka mendirikan bivak di dekat air.