Hotspot Muncul di Jambi

Merdeka dari Asap, Bagaimana Perusahaan Menghadapi Karhutla Tahun Ini?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kendati potensi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi tidak separah tahun lalu, perusahaan konsesi tetap berupaya melakukan antisipasi sejak dini.

Itu mengingat pada tahun lalu, sebagian besar wilayah yang terbakar adalah lahan konsesi.

Humas Sinar Mas Group, Taufiqurahman mengatakan, deteksi dini memengaruhi penanggulangan dan mitigasi.

Sejarah Minuman Coca Cola, Ada Kisah Tragis yang Dialami Sang Penemu Minum Bersoda Itu

Modus Minta Pulsa, Nama dan Foto Profil Ketua KPU Sarolangun Dicatut Oknum Tak Bertanggung Jawab

Siapakah Pemilik Coca-Cola? Perjalanan Hidup Cara Berkuasa di Lebih 200 Negara

Di PT WKS yang juga tergabung dalam Sinar Mas Group, kata dia, pihaknya sudah menyiapkan CCTV, kamera termal, menara api, hingga drone.

Selain itu, perusahaan juga menyiapkan tim reaksi cepat. Ada dua helikopter yang digunakan untuk patroli udara dan bombing.

"Dalam tahun ini, sejauh ini belum digunakan," katanya, dalam Mojok Tribun Jambi edisi Merdeka dari Asap, Rabu (5/8/2020).

Belajar dari kejadian tahun-tahun sebelumnya, pencegahan dan penanggulangan karhutla tahun ini juga dilakukan dengan berbasis klaser.

Berdasarkan peta kerawanan dari tim satgas karhutla Provinsi Jambi, pencegahan dan penanggulangan tidak hanya dilakukan di areal konsesi, tapi juga di sekitarnya dalam radius 5 kilometer.

Peta kerawanan tersebut, kata dia, terfokus pada tiga kabupaten yang terhampar lahan gambut, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, dan Muarojambi. Berdasarkan peta kerawanan dan analisis kebakaran pada besar 2015 dan 2019.

"Terlepas areal itu ditinggalkan perusahaannya atau tidak, kita harus melakukan pencegahan bersama. Kita pakai metode one maping," ujarnya.

Dia mengakui, 99 persen kebakaran disebabkan ulah manusia. Untuk itu, pencegahan sejak dini perlu dilakukan.

Pada kesempatan yang sama, Presdir PT Reki, Mangarah Silalahi justru mengaku punya tantangan lebih besar. Area konsesi yang mereka kelola meliputi dua provinsi, sekitar 48.000 hektare Jambi dan 52.000 hektare Sumatera Selatan.

Tantangannya, sekitar 10.000 hektere kawasan itu sudah terokupasi sehingga, untuk memitigasi karhutla, pihaknya menggandeng masyarakat yang sudah kadung hidup di sana. Sebab, ada selama ini, menurutnya pembakaran hutan merupakan bagian dari penanaman.

"Untuk itu perlu kita lakukan deteksi dini, memetakan kerawanan yang dikalkulasikan berdasarkan kehadiran orang, kondisi area, cuaca, dan lain sebagainya," jelas Mangarah.

PT Reki, kata dia, selain bekerja sama dengan satuan tugas pencegahan dan penanggulangan karhurla, juga membentuk masyarakat peduli api (MPA) dan petugas dari masyarakat (community wardens) yang aktif memonitor kondisi sekitar.

Halaman
12

Berita Terkini