Semakin para pemuka agama itu mengkritik Yesus semakin tidak laku mereka di hadapan khalayak ramai. Situasi ini memicu ketegangan antara Yesus dengan pemuka agama.
Kehadiran Yesus sungguh menggelisahkan dan menjadi ancaman bagi para pemimpin agama ini. Sedemikian menggelisahkan maka mereka ini sering juga mengamat-amati Yesus sekedar mencari kesalahan, terutama kesalahan yang melanggar hukum Taurat.
Mereka sering mengajukan pertanyaan kepada Yesus atau kepada murid Yesus tentang komitmen Yesus akan hukum Taurat. Mereka sering menguji Yesus dengan pertanyaan dan persoalan yang menjerat.
Persekongkolan untuk Menyingkirkan
Para pemimpin agama yang merasa terancam kepentingannya mulai mengadakan persekongkolan.
Biasanya orang-orang yang sama-sama merasa terancam akan gampang bersatu dan sepakat untuk menyingkirkan ancaman yang bisa menghalangi kepentingannya.
Injil mengisahkan bagaimana dituturkan penolakan sekaligus komplotan kaum pemimpin elite Yahudi yang berencana mau membunuh Yesus.
Mereka makin bertekad bulat menyingkirkan Yesus karena ketakutan akan pengaruh Yesus yang semakin kuat dan meluas dengan tanda-tanda mukjijat yang dilakukan-Nya apalagi setelah membangkitkan Lazarus.
Bahaya besar untuk agama Yahudi jika orang banyak percaya dan mengikuti Yesus. Jika orang banyak mengikuti Yesus, akan menjadi persoalan besar untuk orang bangsa Yahudi, persoalan keberadaan sebagai bangsa yang melekat dengan agama. Maka mereka bersepakat bahwa Yesus harus disingkirkan. Tetapi dengan jalan apa?
Dalam diskusi para imam, mereka mencari-cari alasan untuk dapat menjerat Yesus. Kayapas, Imam Besar pada masa itu berkata: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa" (Yoh 11:48-50).
Dengan pernyataan ini, Yesus mau dijadikan tumbal-korban dan dibunuh tentunya. Akhirnya ditemukanlah alasan itu yang sering kita sebut sebagai penistaan Agama. Alasan ini akan sangat manjur, hati pemeluk agama akan mendidih jika kesalahan seseorang dikait-kaitkan dengan penistaan agama.
Dan, terbukti dalam Mahkamah Agama, imam Besar Kayafas menuduh Yesus itu sebagai seorang yang menghujat Allah. Alasan ini cukup menjadi alasan untuk menyeret Yesus ke pengadilan sipil untuk dijatuhi hukuman mati.
Menjalani Kehendak Bapa
Yesus tahu apa yang akan terjadi dengan diriNya. Dia tahu bahwa diri-Nya akan ditolak oleh para pemimpin agama yang bersekongkol untuk menyingkirkan-Nya. Apa yang Dia ketahui ini disampaikannya kepada para murid-Nya.
Tiga kali dia memberitahukan ini kepada para murid-Nya “Anak manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat, dan mereka akan menjatuhi dia dengan hukuman mati”.