Renungan Katholik

Renungan Jumat Agung dari Uskup Agung Medan Mgr Kornelius Sipayung OFM Cap 

Editor: Suci Rahayu PK
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Uskup Agung Medan, Mgr Kornelius Sipayung OFM Cap

Di taman Getsemani inilah Yesus ditangkap, kemudian dibawa pertama-tama ke Mahkamah Agama Yahudi. Dari Mahkamah Agama, Yesus dibawa ke Pengadilan Sipil, pengadilan di depan Pilatus. Wali Negeri ini cuci tangan dan menyerahkan Yesus kepada para pemimpin Agama untuk aksi penyaliban. Di kayu Salib Yesus mati dan kemudian dikuburkan.

Semua rentetan peristiwa dan adegan berdarah hingga pembunuhan ini justru terjadi pada Pesta Paskah Orang Yahudi, hari-hari penuh rakhmat dan kesempatan menyucikan diri dimana sebenarnya orang Jahudi datang ke Yerusalem untuk mengucapkan syukur kepada Allah, membawa persembahan sebagai ungkapan syukur, memohon bantuan Allah agar dapat menjalani tahun dengan baik.

Motif Pembunuhan

Mengapa Yesus yang adalah Utusan Ilahi, yang datang ke dunia mewartakan Kerajaan Allah, yang mengajak manusia bertobat, mengajarkan pesan-pesan Ilahi, menampakkan wajah Allah yang berbelas kasih lewat perbuatan menyembuhkan, membuat mukjizat bahkan membangkitkan orang mati (Lazarus) akhirnya mengalami nasib tragis disalibkan dan mati?

Jika kita perhatikan bacaan-bacaan harian Minggu sebelum hari Minggu Palma ini kita secara manusiawi mengerti mengapa peristiwa ini terjadi dengan Yesus.

Penginjil menghantar para pendengar untuk mengerti latar belakang peristiwa bersejarah ini. Rupanya peristiwa ini banyak dipicu oleh adanya ketegangan antara Yesus dengan tokoh agama.

Kehadiran Yesus yang adalah Utusan Ilahi ini menjadi ancaman bagi Pemuka agama Yahudi. Pemuka agama Yahudi itu adalah para imam, ahli-ahli Taurat, penatua-penatua agama.

Mereka ini sebenarnya panutan dalam hal keagamaan, dianggap sebagai orang yang dekat dengan Allah, orang suci dan seharusnya mereka inilah kekuatan yang memuluskan gerak Utusan Ilahi datang ke dunia.

Tetapi sering bahwa tokoh agama ini dianggap seperti orang yang munafik, membebani umat Allah dengan banyak peraturan. Para pemuka agama inilah pihak yang membadankan kekuatan-kekuatan yang hendak membatasi gerak utusan ilahi yang datang ke Yerusalem itu.

Aksi Profetis Yesus

Gerak Utusan Ilahi yang datang ke dunia nyata dalam aksi profetis Yesus Kristus. Dalam khotbah-khotbah dan pengajaran-Nya, Yesus diposisiskan oleh para pengarang Injil sebagai tokoh yang sungguh berwibawa.

Dia tidak hanya mengajarkan hukum dan aturan-aturan, tetapi mencoba menggali nilai dan roh dari setiap peraturan yang ada, kemudian menyadarkan pendengar akan pentingnya itu semua.

Sedemikian banyak orang kagum dengan pengajaran Yesus. Para pemimpin agama tadi, merasa diri kurang laku apalagi mereka ini dikritik oleh Yesus dengan perkataan, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih baik dari pada hidup keagamaan alhi-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kamu tidak akam masuk dalam Kerajaan Sorga”.

Selain mengajar, Yesus juga membuat banyak aksi yang membuat mata orang melihat bahwa Utusan Ilahi sedang ada di antara mereka.

Yesus menyembuhkan orang lumpuh, mentahirkan orang kusta, memelekkan mata orang buta, dan sering terjadi bahwa peristiwa ini terjadi pada hari Sabat sehingga mengundang reaksi kritis dari para pemuka agama yang berpegang pada aturan bahwa manusia tidak boleh bekerja pada hari Sabat.

Halaman
1234

Berita Terkini