Peraih Nobel dan Peneliti Asal Jepang Ini Ungkap Dahsyatnya Manfaat Puasa

Editor: Deni Satria Budi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Ramadhan

TRIBUNJAMBI.COM - Berpuasa di dalam ajaran Islam, merupakan salah satu ibadah menahan rasa haus, lapar dan hawa nafsu sejak masuk waktu subuh hingga terbenam matahari atau masuk waktu magrib.

Selain dipercaya kebaikan terhadap aspek rohani Ibadah puasa juga baik untuk jasmani.

Peneliti asal Jepang, Profesor Yoshinori Ohsumi membuktikan secara ilmiah bahwa puasa dapat membawa dampak baik bagi kesehatan. Bahkan peraih nobel ini menemukan bahwa puasa berkaitan erat dengan autophagy.

Autophagy merupakan istilah Yunani yang berarti ‘memakan diri sendiri’. Secara ilmiah, autophagy dikenal sebagai kemampuan sel dalam tubuh untuk memakan atau menghancurkan komponen tertentu di dalam sel itu sendiri.

Panduan dari Kemenag untuk Ibadah Ramadan & Idul Fitri 1441 H Saat Corona Berikut 15 Poin Isi Edaran

Ada Buah Segar dan Madu, Berikut 7 Jenis Makanan Sehat untuk Menu Buka Puasa dan Sahur

Melalui penelitiannya, Ohsumi menemukan bahwa autophagy memegang peran besar dalam tubuh.

Mekanisme ini berperan besar dalam mengontrol fungsi-fungsi fisiologis penting di mana komponen sel perlu didegradasi dan didaur ulang.

Dengan autophagy, sel dapat mengisolasi bagian dari sel yang rusak, mati, tidak bisa diperbaiki, terserang penyakit, maupun terinfeksi.

Setelah mengisolasi bagian yang bermasalah, sel kemudian menghancurkan bagian tersebut menjadi sesuatu yang tidak membahayakan dan melakukan daur ulang untuk menghasilkan energi dalam sel.

Sesaat Lagi, Supermoon Terbesar Tahun 2020 Terjadi, Pukul 01.08 WIB Rabu (8/4/2020), Ini Kata BMKG

23 Hari Lagi Jelang Ramadan 1441 H, Doa yang Dianjurkan Dibaca Agar Sampai ke Bulan Suci Tersebut

Dari mekanisme ini, komponen-komponen sel yang rusak akan dibangun dan diperbaharui kembali. Pada kasus sel yang terkena infeksi, autophagy juga dapat mengeliminasi bakteri atau virus penginfeksi.

Tak hanya itu, autophagy juga berkontribusi dalam perkembangan embrio hingga pencegahan dampak negatif dari proses penuaan.

Dari temuan ini diketahui bahwa mekanisme autophagy tak hanya berdampak baik pada kondisi sel yang bersangkutan saja. Mekanisme autophagy juga terbukti berperan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Karena autophagy berkaitan dengan kondisi kesehatan seseorang, gangguan dalam proses autophagy juga dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Beberapa masalah kesehatan yang berkaitan dengan terganggunya proses autophagy ialah diabetes tipe 2, kelainan saraf, kanker, dan berbagai penyakit yang berkaitan dengan usia.

Berdasarkan penelitiannya, Ohsumi juga menemukan satu cara sedernana untuk ‘memancing’ terjadinya autophagy dalam sel. Seperti dilansir dari laman resmi Buchinger Wilhelmi, cara sederhana tersebut ialah berpuasa.

Ohsumi menemukan bahwa kunci untuk ‘mengaktivasi’ proses autophagy pada sel ialah kondisi kekurangan nutrisi.

Halaman
12

Berita Terkini