Melihat dokter dan perawat dalam hazmat suit di dunia nyata untuk pertama kalinya, biasanya saya hanya lihat di film, saya menyadari bahwa ada sesuatu yang buruk sedang terjadi.
Pada saat itu sebenarnya saya tidak takut, karena rumah sakit itu yang terbaik di Wuhan dan memang selalu penuh.
Karena pasien sangat ramai, saya memutuskan pindah ke rumah sakit paru Wuhan, dan keputusan ini pada akhirnya sangat tepat.
Di rumah sakit itu saya dites darah, fungsi liver, dan juga CT scan. Hasil CT scan menunjukkan ada bitnik-bintik di bagian bawah kedua paru saya.
Saya lalu diberi obat resep dan obat tradisional China berbentuk kapsul oleh dokter.
Ketika Wuhan mulai ditutup, tanggal 22 Januari saya juga mulai dikarantina di rumah oleh ayah.
Ibu saya dulu belajar di universitas kedokteran dan ayah bekerja di perusahaan farmasi, sehingga mereka bisa menangani saya.
Kamar saya memiliki kamar mandi sendiri, sehingga sebenarnya sangat nyaman walau saya diisolasi.
Nenek yang memasak untuk saya juga selalu memakai masker saat mengantarkan makanan dan menggunakan sumpit sekali pakai yang akan dibuang setelah saya pakai.
• Ricca Rachim Wanita Cantik, Istri dari Rhoma Irama yang Disebut Sosok Setia Temani Sang Raja Dangdut
Memburuk
Sekitar 3 hari kemudian, saya periksa lagi ke rumah sakit karena mulai batuk.
Itu adalah batuk kering dengan sedikit dahak kekuningan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi saya memburuk karena infeksinya menyebar ke seluruh paru.
Saya lalu diinfus dan diberikan obat oral.
Dokter juga mengatakan saya terduga terinfeksi virus, namun hanya komite pakar yang akan menentukan apakah bisa segera dilakukan tes.