TRIBUNJAMBI.COM - Bupati Jembrana dengan tegas menolak pembangunan jalan tol Jawa-Bali.
Bupati Jembrana menilai tol Jawa-Bali perlu kajian lagi terutama manfaat dan dampak bagi masyarakat setempat serta pemasukan daerah.
Lalu seperti apa rencana pembangunan tol Jawa-Bali yang digagas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)?
Kementrian PUPR merencanakan pembangunan Tol Trans Jawa Probowangi (Probolinggo-Banyuwangi) yang akan tersambung dengan Tol Gilimanuk-Tabananan.
• Bupati Jembrana Tolak Pembangunan Tol Jawa Bali, Ternyata Ini Alasannya, Berdampak Secara Ekonomi?
Kepala Badan Pengaturan Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Danang Parikesit mengungkap nantinya akan ada tol yang melingkari pulau Bali.
Trasenya dimulai dari Tol Gilimanuk-Tabanan yang akan terhubung dengan jaringan Tol Trans Jawa yakni Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi).
Danang Parikesit menjelaskan Tol Bali Mandara saat ini telah beroperasi dan membutuhkan dukungan infrastruktur lain untuk bisa berkembang.
Jika tidak, maka tol tersebut terancam sepi peminat.
"Karena Bali Mandara ini jalan tol yang sangat tergantung pada proyek-proyek pemerintah. Kalau jalan alternatif tidak diperbaiki kan traffic-nya drop," imbuhnya.
• Bupati dan Wakil Bupati Hadiri Sertijab Dandim 0419/Tanjab
Rencana ini rupanya dengan tegas ditolak oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana.
I Putu Artha selaku Bupati Jembrana mengatakan belum mengetahui sepenuhnya rencana pembangunan tol yang akan menghubungkan Pulau Jawa dan Bali.
Namun Bupati Artha memastikan dirinya akan menolak rencana tersebut.
Menurut Artha pembangunan jembatan penyambung antara Ketapang-Gilimanik ini menyangkut konektivitas jalur penyeberangan Banyumanik-Gilimanik.
"Kita pasti menolak. Itu juga bagian dari aspirasi masyarakat Bali dan sejumlah tokoh atau elemen masyarakat," kata Artha, Rabu (22/1).
• Pencuri di Kerinci Dihajar Massa Sampai Pingsan, Pura-pura Beli Rinso Lalu Rampas Kalung Emas 40Gram
Disinggung tentang kaitannya dengan kekhawatiran tingkat kejahatan yang meningkat di Bali.
Artha menyebut hal tersebut menjadi salah satunya.
“Ya, tingkat kriminalitas juga bisa menjadi salah satunya kenapa kita menolak,” tandasnya.
Bupati Jembrana ini juga mempertanyakan apakah pembangunan tol penghubung ini akan berdampak secara ekonomi atau bisa membuat kehidupan masyarakat Jembrana lebih layak.
• Link Live Streaming Piala FA, Southampton vs Tottenham dan Hull City vs Chelsea Langsung RCTI
Hal ini tentu masih perlu kajian.
"Sekarang adanya ASDP (Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) saja, kita tidak pernah mendapat keuntungan apapun," tegas Artha.
Wacana pembangunan Tol Trans Jawa yang disambung dengan Tol Gilimanik-Tabanan di Bali ini juga menjadi isu hangat di media sosial.
Rencana pembangunan tol penghubung Ketapang-Gilimanuk ini sebenarnya adalah ulangan dari rencana pembangunan jembatan Jawa-Bali beberapa tahun silam.
Namun rencana tersebut gagal karena ditolak masyarakat Bali.
Alasannya adalan mengantisapiasi kepadatan penduduk dan meningkatnya tidak kriminalitas.
Selain itu, juga adanya kepercayaan umat Hindu di Bali mengenai cerita Mpu Sidi Mantra, yang menyebutkan Pulau Jawa dan Bali tidak boleh disambungkan.
Bila disambung maka akan terjadi malapetaka buat warga Bali.
"Awya angatepaken Jawa muang Bali, yan atep Jawa Muang Bali, rusak ikanang Bali pulina stananing hyang (Jangan sekali-sekali menyatukan Bali dengan Jawa. Kalau disatukan Bali akan rusak)," kata Ketua PHDI Bali, Prof. Dr I Gusti Ngurah Sudiana, beberapa waktu lalu.
Menurut Prof Sudiana, Jawa adalah pulau untuk politik dan Bali sebagai stana dewa, sehingga tidak boleh disambung antara Jawa dan Bali.
Ini merupakan bhisama dari Ida Mpu Sidhi Mantra.
(TribunnewsWiki.com/Melia/TribunBali/I Made Ardhiangga Ismayana)