Kemampuan Iran itu ditunjukkan 8 Januari 2020, ketika puluhan rudal yang diluncurkan menghantam sasaran strategis pihak AS tanpa bisa dicegah.
Presisinya termasuk sangat baik, meskipun secara dampak dianggap minor. Namun pesan penting telah diketahui secara luas oleh masyarakat dunia.
Serangan itu oleh Iran dinyatakan baru permulaan. Mereka masih menyimpan begitu banyak rudal jarak dekat maupun jelajah.
Rudal berbahaya milik Iran antara lain Shahab 1 berjarak jangkau 300 km, Fateh 110 mampu m enjangkau 300 km.
Sedangkan Shahab 2 mampu menghantam sasaran hingga jarak 500 km, rudal Zolfaghar atau Zulfikar sampai 700 km.
Ada lagi rudal Qiam-1, meski masuk kategori jarak pendek namun mampu menjangkau 800 km.
Rudal jarak menengah Iran adalah Shahab-3 dan Sajil yang mampu mencapai 2.000 km.
Sedangkan rudal jelajah mereka adalah Soumar yang mampu melesat hingga 2.500 km dari Iran.
Semua negara di kawasan Teluk bisa dijangkaunya.
Arab Saudi beberapa bulan lalu merasakan dampak kapabilitas Iran ini ketika kilang terbesar Aramco dihantam serangan rudal balistik kelompok Houthi Yaman.
Kerusakan hebat di kilang minyak itu menyebabkan penurunan suplai minyak global hingga 5 persen. Iran menampik tuduhan Saudi, yang mengatakan Iran di balik serangan ini.
Reuters menambahkan, Iran memiliki cadangan terbesar rudal balistik di antara negara-negara di Timur Tengah.
Sebagian besar menggunakan stok lama, rudal Scud yang terkenal di Perang Teluk I dan II.
Rudal ini dimodifikasi, selain menggunakan model rudal No Dong dari Korea Utara yang diperbarui.
Badan Intelijen Pertahanan AS memperkirakan rudal modifikasi berbasis Scud dan No Dong itu kini mampu menjangkau sasaran 2.000 km dari lokasi peluncuran.
Artinya, wilayah Israel dan Eropa selatan bisa dijangkau Iran dengan mudah. Strategi militer Iran lainnya adalah membentuk satuan khusus perahu cepat bersenjata.
Militer AS pernah merasakan kecepatan dan kegesitan pasukan ini di Selat Hormuz.
Satuan ini pernah menangkap pasukan khusus AS yang diduga tersesat dan masuk ke perairan Iran di Teluk Persia.
"Jika melihat kapal perang, tank, jet tempur, Iran terlihat sangat lemah. Tapi jika melihat rudal antikapal, rudal balistik, drone, mereka sangat kapabel," kata Jeremy Binnie, editor Jane's Defence Weekly.
Pasukan drone Iran selain untuk tujuan pengintaian, mereka juga sudah dilengkapi bom dan rudal untuk penyerangan.
Iran pernah menyita drone canggih AS yang ditembak jatuh di wilayah Iran beberapa tahun lalu.
Drone itu dibedah dan diduga kuat sudah diadopsi desain dan sistemnya. Secara diam-diam Rusia dan China membantu Iran terkait pengembangan teknologinya.
"Iran di Teluk Persia tidak memerlukan kapal perang besar, begitu pula fregat atau perusak. Perahu cepat, kapal kecil bersenjata, kapal rudal mampu menggantikan pekerjaan mereka," kata Hossen Aryan, analisis militer yang pernah bekerja di Angkatan Laut Iran.
Pentagon menempatkan sekitar 5.000 prajuritnya di Irak, dan pemerintah serta parlemen Irak telah memutuskan untuk mengusir mereka termasuk pasukan asing lain sekutu AS.
Di Timur Tengah, ada ratusan ribu prajurit AS dari berbagai satuan dan angkatan. Mereka tersebar di Arab Saudi, Emirat, Kuwait, Bahrain, Oman, Suriah, Turki, dan Lebanon.
Basis terbesar militer AS ada di Pangkalan Al Udeid, Doha, Qatar, sekaligus Komando Pusat Militer AS di kawasan Timur Tengah. Bahrain merupakan pangkalan laut Armada V AS.
Scott Ritter, veteran militer AS yang pernah bertgas sebagai inspektur persenjataan PBB menegaskan, Iran sungguh-sungguh telah memberi peringatan keras kepada AS.
"Pembalasan atas pembunuhan Qassem Suleimani mengirim sinyal jelas kepada Donald Trump, Iran siap menanggapi setiap provokasi AS di masa depan," kata Scott Ritter dikutip Russia Today.(Tribunjogja.com/xna)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Ini Strategi Iran Hingga Mampu Serang Langsung Pasukan Amerika