Untuk merealisasikan pemberian anugerah Warga Kerhormatan Baret Merah tersebut, maka pelaksaan tersebut dilaksanakan di Markas Kopasssus yang ada di Cijantung.
Sekitar setengah jam sebelum acara dimulai, Sintong Panjaitan yang saat itu menjabat sebagai Komandan Kopassus bertemu dengan Benny Moerdani.
Sintong kemudian memberikan baret merah dari meja kerjanya kepada Benny Moerdani.
"Ini baret merah bapak yang akan bapak pakai dalam upacara nanti," kata Sintong saat itu.
Benny Moerdani pun menerima baret merah itu.
Meski demikian, menurut Sintong saat itu wajah Benny Moerdani menunjukkan tidak suka.
Sesaat kemudian, baret merah itu dilempar ke meja yang ada di depan Sintong, lalu meluncur jatuh ke lantai.
Saat itu, Moerdani tidak mengucapan sepatah kata pun.
Melihat hal itu, Sintong mengambil kembali baret merah itu, dan meletakkannya kembali di meja kerjanya.
Suasana seketika menjadi kaku.
Semuanya terdiam, karena raut muka Benny Moerdani berubah menjadi serius dan angker.
Sintong pun merasa tersinggung, serta marah dan menganggap tidak sepantasnya Benny Moerdani yang merupakan Panglima ABRI berbuat seperti itu.
"Pak Benny tidak dapat dipisahkan dari Korps Baret Merah. Bapak dikenal sebagai orang pertama Korps Baret Merah. Jadi Aneh kalau bapak tidak berkenan memakai baret merah," ucap Sintong.
Meski demikian, perkataan Sintong tersebut tidak dijawab oleh Benny Moerdani.
Walaupun, pada akhirnya Benny tetap mengenakan baret merah tersebut saat upacara.
Seusai upacara Benny Moerdani pun mengatakan sesuatu kepada Sintong.
"Saya sudah berjanji kepada diri sendiri bahwa saya tidak akan memakai baret merah lagi, setelah saya menerima perintah keluar dari RPKAD (kini dikenal Kopassus), saya sudah meninggalkan Cijantung," kata Benny Moerdani seperti yang ditirukan Sintong.
Belakangan diketahui, apa yang dilakukan oleh Benny Moerdani tersebut berawal dari kekecewaannya.
Saat itu, Komandan RPKAD (kini dikenal Kopasssus), Moeng Parhadimuljo mengeluarkan seorang anggota yang kakinya diamputasi.
Anggota tersebut adalah Lettu Agus Hernoto yang juga merupakan teman Benny Moerdani di RPKAD.
Padahal, kaki Agus harus diamputasi seusai pertempuran melawan Marinir Belanda dalam Perjuangan Trikora merebut Irian Barat.
Kaki Agus tertembak Marinir Belanda, hingga akhirnya membusuk dan keluar belatung.
Benny kemudian menyampaikan keresahan akan nasib temannya itu dalam rapat staf di Mako RPKAD.
Dalam perkembangannya, tepatnya pada tanggal 5 Januari 1965, Benny Moerdani memenuhi panggilan Menteri/Panglima AD Letjen Achmad Yani di MBAD.
Baca kisah-kisah Kopassus dan pasukan elite TNI di Tribunjambi.com.
• 5 Kopassus Lolos dan Lihat Suparlan Tewas Dikeroyok Pemberontak, dari Atas Bukit Hujani Tembakan
• Kopassus vs SAS (Pasukan Elite Inggris), Pasukan Lawan Kocar-kacir Kabur Tak Karuanq
• Pilot Heli yang Angkut Kopassus Berpikir Keras, Berita Duka Jawab Kekhawatiran Kapten Pandu