TRIBUNJAMBI.COM- Kepala Polres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karibianto mengungkap motif tersangka pelemparan sperma dan begal payudara di wilayahnya.
Menurut Anom, pelaku sengaja melakukan aksi bejatnya itu untuk memuaskan nafsu seksual.
"Sesuai pengakuan tersangka, modus tersangka pelempar sperma dan remas payudara adalah untuk kepuasan dirinya sendiri," kata Anom kepada wartawan di Mako Polres Tasikmalaya Kota, Rabu (20/11/2019) pagi.
• Pelamar CPNS Tanjab Barat Ramai-amai Urus Legalisasi di Dukcapil dan Catatan Kepolisian
• BINARAGAWAN AS Klaim ASI Suplemen Super yang Beri Energi Menakjubkan: Ada Situs Pria yang Beli ASI
• GEGER Dugaan Kelompok Menyimpang, Cukup Bayar Rp 300 Ribu Untuk Melihat Tuhan Melalui Cahaya
Sesuai hasil penyidikan, menurut Anom, pelaku memantau dengan cara berkeliling memakai motor untuk mencari sasaran wanita yang disukainya.
Setelah menentukan sasaran korban yang dipilih, tersangka langsung mengikuti dan mendekatinya dengan cara berkenalan dan menyapa terlebih dahulu.
Tersangka langsung berkata-kata tak senonoh yang mengarah ke ajakan melakukan hubungan badan.
Sambil berkata-kata tak senonoh dan menatap korban, tersangka memasukan tangannya ke celana dan melakukan masturbasi sambil duduk di motornya.
"Hasil masturbasi yakni sperma ada yang dicipratkan ke arah muka korban, dan ada juga yang dioleskan ke tangan dan pipi korban," kata Anom.
Setelah melakukan aksinya tersebut, tersangka langsung melarikan diri meninggalkan para korbannya.
Adapun, begal payudara dilakukan terhadap korban yang sedang mengendarai motor.
Korban lebih dulu diikuti dan disalip, sambil secara spontan meremas payudara korban.
"Kalau yang korban remas payudara ada satu orang yang melapor. Korban adalah keponakan LR (43), salah seorang korban pelemparan sperma yang pertama kali melaporkan resmi ke Kepolisian," kata Anom.
• Dukcapil Tanjabtim Tambah Jam Kerja, Legalisir Berkas Seleksi CPNS 2019 Membludak
• Mauricio Pochettino Dipecat Tottenham Hotspur, Ini 3 Kandidat Penggantinya Jadi Pelatih
• Bacalon Bupati M Fadhil Arief Kembalikan Berkas ke Partai PKB
Diberitakan sebelumnya, Sigit Nugraha (25), pelaku teror pelempar sperma di Tasikmalaya, ditangkap polisi.
Pelaku juga mengaku telah meremas payudara perempuan.
Warga Cieunteung, Kelurahan Argasari, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya tersebut diancam tuntutan tambahan yakni Pasal 36 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan atau Pasal 281 KUHP dengan ancaman kurungan 10 tahun penjara.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Motif Pelaku Pelemparan Sperma dan Begal Payudara di Tasikmalaya"
Penulis : Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha
Editor : Abba Gabrillin
Teror Lempar Sperma di Tasikmalaya, Kenapa Seseorang Punya Gangguan Ekshibisionisme?
Sekitar 10 perempuan di Tasikmalaya mengaku mendapat pelecehan seksual ketika sedang sendirian di jalan.
Tubuh dan wajah mereka dilempari sperma oleh seorang pengendara motor remaja. Menurut pemberitaan Kompas.com, Senin (18/11/2019), salah satu korban berinisial LR (43) menceritakan, dia mendapat pengalaman buruk itu saat sedang menunggu ojek online di pinggir jalan.
Seorang pria yang mengendarai motor Honda Scoopy hitam bernomor polisi Z 5013 LB menghampirinya.
Pria itu menggoda sambil terus menatap wajah LR.
Tak lama, pria tersebut masturbasi dan kemudian melemparkan sperma ke arah LR.
• HEBOH Pengemudi Ojek Online Ramai-ramai Bawa Jenazah Bayi Khalif Dari Kamar Mayat, Ini Yang Terjadi
• Sinopsis Frozen II, Isu LGBT Warnai Aksi Dua Putri Elsa dan Anna
• Dosen Pembimbing Skripsi Jokowi Ungkap Kehidupan Presiden Saat Kuliah, Cita-cita Ini Dulu di Impikan
• Tim Satgas Investasi Jambi Gelar Rakor
"Ternyata dia nyipratin sperma, untung saja enggak kena ke saya," kata LR.
Usai melakukan aksinya, pria itu langsung pergi meninggalkan korban.
Termasuk aksi ekshibisionisme
Dihubungi Kompas.com Minggu siang, Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dr Dharmawan Ardi Purnama, Sp.KJ, menyebut pelaku yang melemparkan sperma ke korban adalah pengidap gangguan ekshibisionisme.
Dia mengatakan, ekshibisionis atau orang yang memiliki gangguan ekshibisionisme senang memperlihatkan kemaluan di hadapan orang asing.
"Memang masuk gangguan kalau itu (melempar sperma), untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasannya," ungkap Dharmawan.
Dharmawan menjelaskan, ekshibisionisme muncul sebagai bentuk ketidakmampuan seseorang dalam menyalurkan hasrat.
Para ekshibisionis menikmati reaksi ketakutan yang ditunjukkan oleh korban, biasanya perempuan, yang menjadi sasaran aksinya.
Dilansir Hello Sehat, seorang psikolog forensik bernama Stephen Hart mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh ekshibisionis adalah cara mereka untuk memberi kesan kepada orang lain.
Hal ini juga memberi kenikmatan seksual tersendiri bagi para ekshibisionis.
Menurut Diagnostic anda Statistical Manual of Mental Disorder (DMS-5), ekshibisionisme adalah kelainan psikologis jenis parafilia.
Parafilia merupakan hasrat seksual atipikal yang persisten dan instens, disertai tekanan atau gangguan klinis yang signifikan.
Dibanding wanita, pria lebih cenderung memiliki kelainan ekhsibisionis,e.
Di Amerika Serikat, kecenderungan exhibitionist dalam satu populasi besar adalah 2-4 persen, lebih sedikit lagi angkanya untuk wanita.
Dalam survei yang dilakukan di Swedia dengan jumlah responden sebanyak 2.450 orang, tingkat eksibisionime pada pria dibanding wanita adalah 4,1 untuk pria dan 2,1 untuk wanita.
Gejala
Dilansiri Pscyhology Today, berikut adalah gejala dari gangguan ekshibisionisme:
- Dalam rentang waktu enam bulan, seseorang memiliki dorongan tinggi untuk memperlihatkan alat kelaminnya ke orang lain.
- Seseorang yang memiliki hasrat memperlihatkan alat kelamin ke orang asing, meski tidak pernah melakukannya, bisa jadi orang tersebut tidak mengidap penyakit ekshibisionisme.
Penyebab seseorang jadi ekshibisionis
- Faktor risiko yang memicu seseorang mengembangkan ekshibisionisme antara lain gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan alkohol, dan pedofilia.
- Faktor lain yang mungkin terkait dengan ekshibisionisme adalah pelecehan seksual di masa anak-anak.
- Kondisi ini biasanya berawal pada masa remaja akhir atau dewasa awal. Sementara itu, perilaku seksual ekshibisionis dapat berkurang seiring bertambahnya usia.
Bisakah eksibisionisme disembuhkan?
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk berusaha sembuh dari eksibisionisme adalah mencari pertolongan ke psikolog atau psikiater.
Terapi psikologis dapat dilakukan untuk mengurangi munculnya perilaku ini.
Selain itu, penggunaan obat seperti antidepresan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) dirasa perlu dikombinasikan dengan terapi psikologis ini.
Beberapa psikiater mungkin akan menyarankan menggunakan obat antiandrogen, yaitu obat yang dapat menurunkan produksi hormon testosteron yang ada pada pria.
Jika bertemu exhibitionis, jangan takut
Menurut Stephen Hart, cara terbaik ketika bertemu dengan exhibitionist yang sedang beraksi adalah untuk pergi dari situasi tersebut secepat mungkin tanpa memberikan respon pada wajah.
Jika exhibitionist mendekat, segera berlari lebih cepat dan berteriak minta tolong.
Langkah ini pun disepakati oleh dokter Dharmawan.
Dia bahkan mengingatkan agar perempuan tidak perlu takut untuk memberi respons perlawanan seperti berteriak.
Bila korban berteriak, pelaku akan merasa aksinya tidak aman untuk dilakukan. Hal ini akan membuat pelaku pergi.
Ini kembali pada keadaan dasar pelaku yang memang tidak memiliki keberanian lebih sehingga melampiaskan hasrat seksualitasnya dengan jalan seperti itu.
Sumber: Kompas.com (Kontributor Tasikmalaya-Irwan Nugraha, Luthfia Ayu Azanella)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Teror Lempar Sperma di Tasikmalaya, Kenapa Seseorang Punya Gangguan Ekshibisionisme?"
Penulis : Gloria Setyvani Putri
Editor : Gloria Setyvani Putri