TRIBUNJAMBI.COM- Seekor cacing pita sepanjang 12 cm setelah dilaporkan diangkat setelah memakan otak pria di China selama 15 tahun terakhir. Wang Lei pertama kali merasakan mati rasa di sisi kirinya pada 2007.
Sejak saat itu, kondisi kesehatannya terus mengalami penurunan.
Dia mendatangi sejumlah dokter spesialis, bahkan pernah didiagnosa terkena tumor otak ganas, dengan dokter masih mencari tahu penyebabnya.
• BLAK-BLAKAN Ashanty Sempat Minta Cerai Dari Anang Hermansyah, Ungkap Penyebab Keguguran Anak Pertama
• Sakit Tenggorokan dan Susah Menelan? Ini Deretan Makanan yang Bisa Dikonsumsi & yang Harus Dihindari
• Lirik dan Chord Gitar Semua Demi Kamu dari Angga Candra
Namun berdasarkan pemberitaan media lokal, kondisi Wang terus memburuk, dengan beberapa kali dia mengalami kejang dan pingsan.
Pada 2018, dokter menemukan penyebabnya. Cacing pita 12 cm ditemukan tinggal di otaknya.
Dia pun disarakan menjalani perawatan biasa karena terlalu berisiko mengoperasinya.
Tetapi, cacing itu masih terus hidup di dalam kepalanya.
Akhirnya, dia pun menjalani operasi di Rumah Sakit Otak Guangdong Sanjiu untuk mengeluarkannya.
Dilansir Daily Mirror Selasa (5/11/2019), tim medis mengeluarkan parasit jenis sparganum mansoni setelah pembedahan selama dua jam.
Parasit itu dikabarkan hanya hidup di usus anjing serta kucing, tapi jarang ditemukan adanya kasus hewan itu tinggal di tubuh manusia.
Dokter Guo yang menangani Wang menuturkan, operasi itu penuh dengan risiko. Sebab jika dibiarkan, dia akan tumbuh semakin panjang.
• Daftar Harga Mobil Bekas Daihatsu Xenia pada Awal November 2019, Cek Perbedaannya
• PANGKALAN Militer TNI akan Berada di Pulau Kalimantan, Jokowi Minta Menhan Prabowo Lakukan Hal Ini
• Ribuan Hektare Hutan dan Lahan di Batanghari Terbakar, 172 Hektare Diantaranya Lahan Perusahaan
"Ini bukan kasus pertama. Sejauh ini, rumah sakit kami sudah menangani empat pasien sepanjang tahun ini," terang Guo kepada media setempat.
Diberitakan The Sun, awal mulai Wang terkena cacing pita itu selama 15 tahun terakhir dikarenakan kegemarannya makan siput goreng sebagai makan malam.
Dia mengaku kecintaannya pada kuliner itu dimulai pada 2004.
Saat itu, mantan atasannya disebut merupakan penggemar berat siput goreng.
Guo kemudian melanjutkan, dia mewant-wanti publik supaya sebelum menyantap siput, kodok, hingga ular memasaknya dengan benar.
• Pemkab Batanghari Belum Cabut Status Tanggap Darurat Karhutla, Meski Batanghari Sudah Diguyur Hujan
• SEPULUH Cara Eksekusi Mati Paling Kejam di Dunia, No 5 Dimasukan Kandang Hewan Buas: Begini Kisahnya
• PENJELASAN Puslabfor Polri Soal Penyebab Septic Tank Meledak Sehingga Tewaskan Petugas Sedot WC
"Selain itu, diharuskan untuk tidak meminum air dari sungai kecuali sudah dimasak," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Selama 15 Tahun, Otak Pria di China Dimakan Cacing Pita Sepanjang 12 Cm"
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo
Seorang Remaja India Meninggal karena Invasi Cacing Pita di Otak
Seorang remaja 18 tahun dilarikan ke UGD sebuah rumah sakit India karena kejang.
Setelah diperiksa, ia ternyata memiliki parasit di otak. SKIP Dalam laporan kasus yang ditulis Drs. Nishanth Dev dan S. Zafar Abbas dari ESIC Medical College and Hospital di Faridabad, remaja itu sempat mengalami kejang tonik klonik dan mata kanannya bengkak.
Laporan ini terbit di New England Journal of Medicine, Kamis (28/3/2019), Menurut keterangan orangtuanya, anaknya mengeluh sakit di pangkal paha kanan selama seminggu.
Untuk mempelajari kondisi remaja itu, tim medis melakukan pemeriksaan MRI dan ternyata kerusakan disebabkan oleh kista di korteks serebral (mantel luar jaringan otak) serta batang otak, termasuk otak kecil yang ada di belakang kepala di atas sumsum tulang belakang.
Melansir CNN, Jumat (29/3/2019), remaja itu didiagnosis mengalami neurocysticercosis, peyakit parasit otak yang disebabkan telur cacing pita.
Larva merangkak keluar dari telur dan masuk ke jaringan otot dan otak, tempat mereka membentuk kista.
Para dokter juga menemukan kista di mata kanan dan testis kanan pasien, yang membuat pangkal pahanya kesakitan.
Karena jumlah dan lokasi kista yang rawan, dokter memutuskan tidak mengobati remaja itu dengan obat antiparasit karena dikhawatirkan akan memperburuk pendarahan dan peradangan otak, juga risiko hilangnya penglihatan.
Sebagai gantinya, pasien diberi obat antiinflamasi, deksametason, dan obat antiepilepsi. Namun remaja itu tak berhasil diselamatkan.
Dua minggu setelah kedatangannya ke UGD, pasien dinyatakan meninggal dunia.
Infeksi cysticercosis dapat dialami semua orang di seluruh dunia, meski invasi parasit ke tubuh manusia lebih banyak terjadi di daerah pedesaan negara berkembang, terutama di tempat babi diizinkan berkeliaran dan lingkungan dengan sanitasi buruk.
Gejalanya tergantung pada lokasi kista. Ada yang muncul benjolan di bawah kulit atau mengalami kebingungan sebagai tanda kerusakan di otak.
Gejala dapat muncul berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah infeksi, biasanya ketika kista mulai sekarat, menyebabkan jaringan bengkak.
Umumnya, infeksi ini memerlukan obat anti-parasit yang dikombinasikan dengan obat antiinflamasi, tetapi pembedahan mungkin diperlukan jika pasien tidak merespons atau mengurangi pembengkakan otak.
Gejala mungkin memerlukan perawatan bahkan jika infeksi parasit itu sendiri tidak lagi membutuhkan perhatian atau perawatan.
Pasien dengan cysticercosis tidak dapat menyebarkan penyakit mereka ke orang lain.
Hanya orang-orang dengan infeksi cacing pita di usus yang dapat menyebarkan telur yang berpotensi mengancam jiwa ketika kebersihan yang layak kurang atau diabaikan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Seorang Remaja India Meninggal karena Invasi Cacing Pita di Otak"
Penulis : Gloria Setyvani Putri
Editor : Gloria Setyvani Putri