Berita Nasional

Harta Karun Emas dan Perhiasan Bermunculan di Lahan Gambut yang Terbakar Karena Karhutla

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perhiasan emas motif ikan ditemukan masyarakat di Kecamatan cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, pada bulan September 2019 silam.

Harta Karun Emas dan Perhiasan Bermunculan di Lahan Gambut yang Terbakar Karena Karhutla

TRIBUNJAMBI.COM - Ternyata banyak harta karun ditemukan dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Emas Bermunculan di Lahan Gambut Sumsel, Begini Kisah Dukun Pengambil Harta Karun

Perhiasan emas bermunculan dari lokasi terbakarnya lahan gambut di kawasan Cengal OKI.

Penemuan barang peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Cengal OKI, memang tidak diragukan lagi.

Karena memang, Cengal masuk dalam jalurnya yang dilalui Kerajaan Sriwijaya saat itu.

Atas kejadian kisah mengenai dukun mengambil harta karun kembali menyeruat ke publik.

Kebakaran hutan dan Lahan (Karhutla) di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menyibak sejumlah benda yang diduga sebagai harta peninggalan Sriwijaya.

Sejumlah  perhiasan jaman kerajaan Sriwijaya ditemukan warga di lokasi bekas kebakaran lahan gambut  tepatnya di Kecamatan Tulang Selapan, Cengal dan Air Sugihan, kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Penemuan itu disampaikan langsung oleh Arkeolog dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan Retno Purwati, Rabu (2/9/2019).

Retno menjelaskan, lokasi lahan gambut yang terbakar tersebut diduga dulunya merupakan kawasan perdagangan atau pelabuhan besar pada masa Kerajaan Sriwijaya hingga masa Kesultanan.

Hal itu diperkuat dengan ditemukannya bagian kapal, seperti kemudi, dayung dan papan kapal di lokasi tersebut pada beberapa waktu lalu.

"Selain emas, warga juga menemukan perhiasan kuno yang disebut mata kucing berbentuk kalung.

Ini diperkirakan dibuatan dari Mesir dan negara-negara Indopasifik," kata Retno.

Menurut Retno, perburuan harta Karun pada masa kerajaan Sriwijaya bukan kali ini saja dilakukan oleh warga.

Saat kebakaran tahun 2015 melanda di wilayah itu juga dimanfaatkan warga untuk mencari harta karun.

Berbagai bentuk perhiasan yang mempunyai kandungan emas sering ditemukan warga di lokasi tersebut.

"Warga tak perlu menggali terlalu dalam,

tetapi sudah ketemu perhiasan itu,terutama logam mulia," ujarnya.

Kesultanan Palembang Menurut Retno, mereka pernah melakukan penelitian terkait penemuan perhiasan tersebut.

Setelah diteliti, ternyata perhiasan itu berasal dari abad ke-7 bahkan sampai ke abad ke-12 Kesultanan Palembang Darussalam.

Baca: Jawaban Santai Sandiaga Uno, Bersama 7 Orang Ini Dikabarkan Bakal Jadi Menteri Jokowi

Baca: Ingat Intan, Gadis yang Ditinggal Calon Suaminya yang Jadi Korban Lion Air JT610? Begini Nasibnya

Baca: 500 Pelanggar Lalu Lintas Lolos, Dishub Kota Jambi Akui Kesulitan Kirim Surat Tilang

Baca: Sinopsis Film Message from the King di Bioskop Trans TV, Tayang Malam Ini Pukul 23.00 WIB

"Kemungkinan ada pergeseran lokasi perdagangan pada masa itu.

Untuk kawasan Cengal ditemukan peninggalan dari abad ke 12 sampai Kesultanan Palembang Darussalam," jelasnya.

Namun, di sisi lain, perburuan peninggalan barang bersejarah tersebut dapat menyulitkan para arkeolog untuk mencari cerita tentang kerajaan Sriwijaya pada masa tersebut.

Sebab, seluruh barang itu diambil tanpa dilaporkan ke pemerintah setempat.

"Kebanyakan warga tergiur karena harga yang ditawarkan kolektor cukup tinggi," kata Retno.

Keris Paranormal pengambil harta karun

Pendapat ini sedikit berbeda dengan Yamin, dukun asli Kalimantan yang konon mampu mengangkat pusaka tanpa biaya dan syarat apapun.

Sambil mengingatkan bahwa dirinya paranormal biasa yang tidak mengkhususkan diri mengangkat benda gaib itu ia memaparkan ada dua cara yang sering dilakukannya. 

Yang pertama dari jarak dekat atau langsung mendalangi lokasi benda gaib itu, sedangkan yang kedua melalui jarak jauh. 

Untuk cara jarak dekat, biasanya begitu ada permohonan bantuan dari seseorang, ia akan langsung mendatangi lokasi si peminta bantuan.

"Tidak perlu syarat apa pun, tanpa bunga, dupa, juga puasa. Kalau memang ada bendanya, dalam waktu kurang dari 10 menit benda itu sudah bisa saya ambil," ujarnya yakin. 

Setibanya di lapangan, Yamin akan mengamati terlebih dahulu tanah dan sekitar lokasi untuk memastikan ada  tidaknya benda pusaka.

Begitu yakin memang ada benda pusaka, ia akan bermeditasi. 

"Semua benda gaib, artinya yang bukan milik orang, itu ada roh halus yang  menunggu," ujarnya. Karena itu perlu kulonuwun atau permisi kepada roh penunggunya. Begitu dipersilakan masuk, ia baru bercakap-cakap  dan mengutarakan maksudnya untuk meminta benda itu. 

Begitu penunggunya setuju, maka benda yang dimintanya itu tiba-tiba muncul dari dalam tanah,dan terbang. Pada saat itulah Yamin secara refleks akan menangkapnya. 

"Sesudah itu, sama seperti orang bertamu yang diberi barang, saya mengucapkan terima kasih. Itu saja, tidak ada syarat lain," Yamin memaparkan cara ringkas yang sering dilakukannya. 

Namun tak jarang, Yamin yang juga. dikenal bisa memberikan jimat penglarisan, menghadapi penunggu yang menolak memberikan benda-bendanya.

"Saya sudah minta baik-baik, kalau tidak boleh akan saya paksa," jawabnya serius. 

Ternyata, ia mengaku sering melakukan pemaksaan itu dengan alasan, "Jauh-jauh saya datang. Kalau gagal, 'kan malu dengan orang yang minta tolong pada saya tadi." 

Bahkan pula, kalau penunggu itu membandel, ia harus melalui pertengkaran batin yang cukup sengit.

Baca: Dikira Suami Sendiri, Ibu Muda Digauli Teman Suaminya hingga Tersadar dan Lakukan Ini di Dalam Kamar

Baca: BEBBY Fey Bongkar soal Sosok Pria Cium Area Sensitifnya dalam Video Syiur, Bukan Atta Halilintar

Baca: Tak Tuntas di Lembaga Adat, Sengketa Lahan PT Minimex dan Warga Sarolangun Berlanjut ke Pengadilan

Baca: Sinopsis Film John Wick di Bioskop Trans TV, Tayang Pukul 21.00 WIB, Lihat Aksi Keanu Reeves

"Namun pada dasarnya manusia itu panas, jadi mereka tidak akan pernah menang melawan manusia," ujar Yamin menjelaskan mengapa ia tidak pernah gagal mengangkat benda pusaka dari dalam tanah. 

"Tapi biasanya, benda pusaka yang diperoleh secara paksa akan berakibat negatif bagi yang memilikinya," jelasnya sambil mencontohkan alangannya, entah pemiliknya sakit-sakitan, atau benda itu tiba-tiba hilang, kembali ke tempat asalnya. 

Seperti yang dialami oleh seseorang dari Desa Trucuk, Klaten, yang minta tolong untuk diambilkan keris. 

"Walau penunggunya tidak rela, saya memaksa dan berhasil mendapatkannya. Tapi, belum seminggu orang itu sakit-sakitan, dan datang pada saya mengembalikan keris itu," ia mencontohkan sambil melanjutkan bahwa setelah keris dikembalikan ke "pemilik" aslinya dengan cara melabuh atau membuang di pertemuan dua sungai, orang Desa Trucuk itu sembuh seketika. 

Sedangkan cara jarak jauh ditempuh bila memang ia tidak mungkin sempat mendatangi langsung tempat penyimpanan benda pusaka itu.

"Tapi sebelum melakukan upaya itu saya harus tahu dulu nama  kampungnya, letak lokasinya, dan gambaran keadaan sekitarnya." 

Setelah mendapat informasi yang jelas, cukup dari rumah ia bermeditasi sebentar untuk memeriksa benar tidaknya lokasi tadi menyimpan pusaka atau benda gaib lainnya. 

Tahap selanjutnya adalah meminta orang yang membutuhkan bantuan itu untuk membawakan segumpal tanah dari lokasi tersebut, "Yang segera setelah dimanterai, saya minta orang yang punya niat tadi memegangnya di hadapan saya." 

Selanjutnya, ia mulai membaca beberapa mantera lain dan bermeditasi untuk berdialog meminta izin dengan si penunggu. Dalam waktu kurang dari 10 menit segumpal tanah itu akan bersinar dan keluarlah benda yang dimaksud. 

"Ini semua bukan sulap bukan sihir, semua orang bisa menyaksikan kenyataan ini," ujar Yamin yang tak pernah minta imbalan dari orang yang memerlukan bantuannya. 

Dengan kedua cara itu, Yamin mengaku tidak pernah gagal selama melakukan pengambilan benda gaib, sepanjang di dalam tempat itu benar-benar terkandung benda pusaka. 

"Karenanya, sejak dini saya sudah mendeteksi lebih dulu, letak tepatnya lokasi itu, nama kampung, dan kondisi sekitamya. Agar orang yang minta tolong tidak sia-sia datang kemari membawa tanah yang sebenarnya tidak menyimpan apa-apa." 

Pengangkatan jarak jauh, menurut Yamin, tidak mengenal batas ruang. Yamin mengaku dengan  cara itu, dari rumahnya di Desa Jangkang, Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, ia pernah menarik pusaka di daerah Lampung. 

Meskipun tidak pernah gagal, Yamin berujar berpantang dengan benda emas, meski sebetulnya ia mampu mengangkatnya karena prosesnya sama dengan menarik benda pusaka.

"Saya sengaja tidak mau mengambilnya. Sebab emas itu harta karun, karun itu artinya karam atau haram," kata paranormal yang juga banyak mengobati orang sakit aneh itu beralasan. 

Lebih jauh paranormal kelahiran Kapuas Hulu, Kalimantan, itu mengisahkan pengalamannya, "Suatu saat saya membantu seseorang mengangkat keris gaib di suatu daerah angker di Klaten, Jawa Tengah. Ketika keris itu keluar, terbang dari dalam tanah, sebentuk lempengan emas sebesar bungkus rokok mengikuti di belakangnya." 

Begitu kedua benda itu berada di tangan, Yamin menyerahkan kepada orang yang minta bantuan tadi, "Itu haknya, karena saya memang pantang dengan emas." 

Namun sesungguhnya, semua jenis benda bisa diambil dari dalam tanah, karena ia memang tidak mengkhususkan diri mengambil keris. 

Beberapa benda gaib dari batu-batuan seperti akik, serta jimat lain yang ditariknya dari dalam tanah tersimpan di dalam lemari di rumahnya. 

Meski ia mengaku, cukup banyak pula benda pusaka yang telah ia berikan pada kawannya karena di malam hari selalu glodakan, berantem satu sama lain di dalam lemari. 

Berbagai koleksi keris hasil pencarian di beberapa lokasi di Jawa Tengah, termasuk jimat kekebalan: kol buntet, kebo londo, mirah delima dari sebuah sumur mati di daerah Tempel, Sleman, atau semar mesem yang diangkat dari tempat angker di Gunung Merapi ia simpan sendiri. 

"Saya tidak berani menjual atau memberikan jimat-jimat itu kepada orang lain, takut disalahgunakan untuk perbuatan yang negatif," kata Yamin. 

Pengorbanan dana, tenaga, dan waktu tak urung membangkitkan harapan memperoleh sesuatu yang bernilai tak hanya bersifat materi namun juga moril. 

Tapi benarkah benda temuan dari dalam tanah memiliki tuah, bahkan kalaupun menilik bentuk fisiknya tak jarang serupa betul dengan benda kebanyakan? 

Benar tidaknya memang kembali terpulang pada kepercayaan masing-masing orang. 

Muncul Harta Karun Diduga Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Setelah Peristiwa Kebakaran Hutan di Palembang.

Kebakaran hutan dan Lahan (Karhutla) di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menyibak sejumlah benda yang diduga sebagai harta peninggalan Sriwijaya.

Sejumlah  perhiasan jaman kerajaan Sriwijaya ditemukan warga di lokasi bekas kebakaran lahan gambut  tepatnya di Kecamatan Tulang Selapan, Cengal dan Air Sugihan, kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Penemuan itu disampaikan langsung oleh Arkeolog dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan Retno Purwati, Rabu (2/9/2019).

Retno menjelaskan, lokasi lahan gambut yang terbakar tersebut diduga dulunya merupakan kawasan perdagangan atau pelabuhan besar pada masa Kerajaan Sriwijaya hingga masa Kesultanan.

Hal itu diperkuat dengan ditemukannya bagian kapal, seperti kemudi, dayung dan papan kapal di lokasi tersebut pada beberapa waktu lalu.

"Selain emas, warga juga menemukan perhiasan kuno yang disebut mata kucing berbentuk kalung. Ini diperkirakan dibuatan dari Mesir dan negara-negara Indopasifik," kata Retno.

Menurut Retno, perburuan harta Karun pada masa kerajaan Sriwijaya bukan kali ini saja dilakukan oleh warga.

Saat kebakaran tahun 2015 melanda di wilayah itu juga dimanfaatkan warga untuk mencari harta karun.

Berbagai bentuk perhiasan yang mempunyai kandungan emas sering ditemukan warga di lokasi tersebut.

"Warga tak perlu menggali terlalu dalam, tetapi sudah ketemu perhiasan itu,terutama logam mulia," ujarnya.

Kesultanan Palembang Menurut Retno, mereka pernah melakukan penelitian terkait penemuan perhiasan tersebut.

Setelah diteliti, ternyata perhiasan itu berasal dari abad ke-7 bahkan sampai ke abad ke-12 Kesultanan Palembang Darussalam.

"Kemungkinan ada pergeseran lokasi perdagangan pada masa itu. Untuk kawasan Cengal ditemukan peninggalan dari abad ke 12 sampai Kesultanan Palembang Darussalam," jelasnya.

Namun, di sisi lain, perburuan peninggalan barang bersejarah tersebut dapat menyulitkan para arkeolog untuk mencari cerita tentang kerajaan Sriwijaya pada masa tersebut.

Sebab, seluruh barang itu diambil tanpa dilaporkan ke pemerintah setempat.

"Kebanyakan warga tergiur karena harga yang ditawarkan kolektor cukup tinggi," kata Retno.

Ular berkaki tiga

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau dan Kalimantan dikabarkan juga telah menewaskan aneka satwa liar di dalamnya.

Salah satu yang viral adalah temuan bangkai ular berkaki di lokasi karhutla kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau.

Ular berkaki yang ditemukan mati terbakar di lokasi karhutla di Desa Sekip Hilir, Kecamatan Rengat, Kabupaten Inhu, Riau, Rabu (18/9/2019).(Istimewa) (Istimewa)

Diberitakan Kompas.com Jumat (20/9/2019) pagi, ular tersebut tampak memiliki dua kaki di bagian ekor.

Anggota Manggala Agni Daops Rengat, Maidi, pun mengataka bahwa pihaknya menemukan ular berkaki di lahan yang terbakar.

"Tim kami pulang duluan, karena sudah malam. Ternyata tim TNI menemukan ular berkaki mati di lokasi. Aku pun kaget setelah nengok videonya. Karena jarang ada ular berkaki," kata Maidi.

Orangutan keluar

Balai Konservasi Sumber Aaya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) 1 Ketapang bersama Yayasan IAR Indonesia kembali menyelamatkan satu individu orangutan di kebun karet milik warga di Desa Kuala Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Sabtu (21/9/2019).

Orangutan yang diberi nama Jerit ini berjenis kelamin jantan dan diperkirakan berusia 7 tahun.

Satu individu orangutan yang diberi nama Jerit diselamatkan dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Senin (23/9/2019) (Dok IAR Indonesia)

Sebelumya, masyarakat kebun Kuala Satong serta tim patroli OPU dari IAR menemukan satu orangutan remaja yang sudah lama dilaporkan oleh pemilik kebun karet.

“Kami mempunyai kerjasama yang baik dengan petani dan masyarakat di areal landscape Gunung Palung-Sungai Putri” ujar Argitoe Ranting, Manager Lapangan IAR Indonesia.

“Dengan kerjasama seperti ini, orangutan masih bisa diselematkan, dan tidak disakiti oleh para masyarakat di sini.

Tetapi karena hutan di sekitar kebun sudah terbakar semua, kita tidak ada alternatif, dan orangutan ini harus ditangkap dan ditranslokasi ke hutan yang aman,” tambahnya.


Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Emas dan Perhiasan Harta Karun Bermunculan di Lahan Gambut Lokasi Karhutla, Begini Faktanya

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

Berita Terkini