Rahasia 4 Taktik Soeharto Mengakhiri G 30S PKI, Banyak yang Tak Menduga Cara Ini Dilakukan

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Soeharto saat Peristiwa G 30S PKI

Hal itu tidak mereka setujui dan langsung dilepaskan tembakan sehingga beliau jatuh berlumuran darah.

Dengan serta-merta mereka menyeret Pak Yani dengan kepala di bawah menuju ke jalanan lalu mereka bawa pergi.

Di rumah Jenderal Suprapto, Deputi II Men/Pangad, tidak ada pengawalnya. Di sana pun para penculik memakai dalih bahwa korban mereka dipanggil oleh Presiden.

Pak Prapto pun tidak menaruh kecurigaan, karena yang menjemput beliau adalah anggota Cakrabirawa, pengawal resmi Presiden.

Tetapi begitu beliau membuka pintu, beliau diringkus dan dengan paksa dibawa naik truk menuju ke Lubang Buaya.

Juga Pak Prapto tidak diberi kesempatan berpakaian sehingga beliau menjelang akhir hidup dengan hanya mengenakan baju kaus dan sarung.

Pejabat Angkatan Darat berikutnya yang didatangi gerombolan “G-30-S" adalah Jenderal Haryono MT, Deputi III Men/Pangad.

Suasana penumpasan terduga anggota G 30S PKI oleh Angkatan Darat setelah peristiwa 30 September 1965. (IST)

Juga di rumah beliau tidak ada pengawal, sehingga para durjana itu dengan mudah dapat memasuki rumah setelah mengajukan dalih yang sama: “dipanggil Presiden".

Pak Haryono, meskipun yang datang adalah anggota-anggota Cakrabirawa, ada menaruh kecurigaan.

Memang beliau sudah menerima informasi bahwa ada kemungkinan akan dilakukan pembunuhan politik oleh PKI dan pendukung-pendukungnya terhadap perwira-perwira TNI yang Pancasilais sejati.

Tetapi beliau belum juga mau percaya, karena menurut beliau cara-cara mengeliminir lawan politik dengan pembunuhan, tidak masuk akal di Indonesia.

Tapi kini kecurigaan beliau timbul. Beliau menolak untuk pergi. Maka seketika itu juga anggota-anggota gerombolan itu membuka kedoknya dan menembaki pintu kamar yang terkunci sehingga dapat masuk.

Di sana mereka menembak mati Pak Haryono yang tidak bersenjata. Jenazah beliau diseret keluar sehingga darah berceceran di sepanjang jalan menuju ke kendaraan.

Seorang anak beliau yang hendak mengejar ayahnya, dipopor sehingga terjatuh di tanah. Ketika ia dapat bangkit, gerombolan itu telah berangkat lagi.

Korban yang berikut menurut urut-urutan jabatan di Angkatan Darat, adalah Jenderal S. Parman, Asisten I Men/Pangad.

Halaman
1234

Berita Terkini