15 Hektare Hutan Konservasi TNBD di Sarolangun Terbakar, Waterboombing Bantu Petugas Padamkan Api
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Kemarau yang terjadi di wilayah Kabupaten Sarolangun, mengakibatkan sejumlah titik panas terus bermunculan.
Kali ini titik panas bermunculan di kawasan hutan konservasi Taman Nasional Bukit Duabelas, Sarolangun.
Hingga saat ini, 15 hektare hutan konservasi Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) di Sarolangun yang terbakar.
Baca: Ayah Tiri di Alam Barajo Cabuli Anak Tiri hingga Intim Bertiga Sama Istri, Tiap Hari Hubungan Badan
Baca: Dikepung Kabut Asap, Disdik Muarojambi Belum Tetapkan Libur Sekolah Ini alasannya
Baca: Over Kapasitas, Satu Sel Lapas Muara Bulian Diisi 25 Orang, Napi Harus Tidur Desak-desakan
Haidir, Kepala TNBD menyatakan, kawasan hutan konservasi tersebut sebagian hangus dilahap sijago merah.
Hutan itu terbakar karena seiring dengan musim panas yang sangat ekstrim. Selain itu kata dia, juga indikasi lain berupa ulah orang rimba atau Suku Anak Dalam (SAD).
Kebakaran itu diindikasikan karena anggota kelompok Temenggung Grib yang sedang membersihkan kebunnya dengan cara membakar.
"Lalu merembet ke hutan zona tradisional TNBD," ujarnya.
Dijelaskannya, bahwa sejarah tentang cara orang rimba memenuhi kebutuhan hidupnya hanya dengan dua jenis yaitu Meramu dan Berburu.
Meramu adalah mengumpulkan dan meracik makanan atau obat-obatan dari tumbuhan di dalam hutan (umbi-umbian, dedauan) dan lain-lain.
Sedangkan berburu adalah menangkap hewan atau ikan untuk dijadikan lauk.
"Jadi leluhur orang rimba tidak mengenal bercocok tanam atau budidaya," bebernya.
Baca: TEGA! ISTRI Sewa Pembunuh Bayaran Rp 50 Ribu Buat Habisi Suami, Ini Masalah Sebenarnya!
Baca: Siapa Sebenarnya Ainan Nuran? Diplomat Muda RI yang Tampar Pimpinan Negara di PBB Soal HAM Papua
Baca: Sejarah Esemka Mobil Buatan Anak Bangsa yang Tak Mau Disebut Mobil Nasional dan Rumor Rebadge China
Membakar untuk pembersihan lahan adalah kebiasaan orang luar yang telah mengenal cara bercocok tanam.
"Dilakukan untuk pembersihan lahan sebelum ditanami," jelasnya.
Menurutnya, kejadian di atas adalah kasuistis, dilakukan oleh orang rimba yang sudah mengenal dunia luar.
Menjadi tanggung jawab bersama untuk membimbing dan mendampingi orang rimba agar bisa hidup sejahtera tanpa merusak alam.
Baca: Habiskan Rp 3 Miliar di Pesawat Pribadi, Begini Penampilan Kece Badai Syahrini Usai Liburan
Baca: Penulis Kisah Mistis KKN di Desa Penari Sebut Akan Beri Kejutan Bagi Pembaca, Apa Ya Kira-kira?
Baca: Over Kapasitas, Satu Sel Lapas Muara Bulian Diisi 25 Orang, Napi Harus Tidur Desak-desakan
Dedi, Humas TNBD juga mengatakan, kebakaran hutan tersebut bermula adanya perluasan lahan dari warga SAD yang sekiranya dibakar seluas 5 hektare.
Namun, akibat cuaca panas, dan angin yang berhembus kencang, membuat api dengan cepat merambat hingga 15 hektare hutan konservasi TNBD jadi terbakar.
Tim karhutla yang turun ke lokasi dan melakukan pemadaman kesulitan melakukan pemadaman api, karena api yang besar dan jauh dari sumber air. Dan, water boombing dikerahkan untuk menyiram sijago merah.
"Tim Satgas Karhutla dibantu sebuah helikopter waterboombing melakukan pekadaman,"ujarnya
Akibat kebakaran hutan konservasi yang dilakukan oleh warga SAD untuk perluasan lahan, warga SAD tidak merasa terganggu karena masih banyak keluasan hutan yang menjadi tempat mereka bertempat tinggal.
15 Hektare Hutan Konservasi TNBD di Sarolangun Terbakar, Waterboombing Bantu Petugas Padamkan Api (Tribunjambi.com/Wahyu Herliyanto)